Konsep childfree belakangan marak jadi perbincangan di lini masa. Tak sedikit pro dan kontra yang turut mewarnai perbincangan.
Beberapa orang menganggap sah-sah saja untuk memilih childfree. Namun beberapa lainnya justru mempertanyakan pilihan pasangan untuk tidak memiliki anak. Maklum saja, di tengah budaya ketimuran Indonesia, filosofi 'banyak anak banyak rezeki' masih kental di tengah masyarakat.
Namun, bukan berarti hal ini menandakan masyarakat Indonesia yang masih tabu dan konservatif dalam memandang hal-hal yang di luar kebiasaan, seperti misalnya childfree.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya mau menolak klaim bahwa masyarakat kita [Indonesia] konservatif," ujar pengamat sosial Universitas Indonesia (UI) Devie Rahmawati dalam program Secret at Newsroom CNNIndonesia.com 'Ingar-bingar Childfree', Jumat (24/3).
Menurut Devie, pertentangan yang sama juga terjadi di negara-negara Barat. Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa pertentangan terhadap konsep childfree adalah hal yang wajar di setiap budaya.
"Dan itu satu hal yang wajar karena ada satu arus besar dunia yang namanya pronatalitas, yang di mana mereka pro terhadap kelahiran anak. Ini satu ideologi yang umum di seluruh dunia," katanya.
Hanya saja di Indonesia dan beberapa negara di Asia atau budaya ketimuran lainnya, arus pronatalitas berkelindan dengan berbagai seremoni yang mewarnai.
"Kelihatannya kita lebih konservatif. Padahal, enggak juga," ujar Devie.
Maka dari itu, jika terjadi penolakan, lanjut Devie, seseorang yang memilih childfree harus yakin dengan pilihannya.
"Kalau memang sudah yakin dengan pilihannya, sebenarnya apa pun yang disampaikan oleh setiap orang itu tidak akan mengganggu," ucapnya.
Pertanyaannya kemudian, siapkah Indonesia dengan konsep childfree ini?
Masalah siap atau tidak, Devie menyebut hanya waktu yang bisa menjawab. Pasalnya, tak ada satu pun negara yang siap menerima konsep childfree.
"Di barat juga enggak ada yang siap-siap masyarakatnya akan childfree. Enggak ada negara atau bahkan masyarakat yang mempersiapkan akan banyak yang memilih childfree," lanjut Devie menjelaskan.
Satu hal yang perlu diperhatikan dalam memilih childfree di Indonesia adalah konsekuensi sosial. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat komunal, di mana apa pun yang menjadi milik kita juga menjadi milik orang lain.
"Sadari dulu Anda hidup di mana. Kalau sudah sadar hidup di Indonesia, maka pasti akan ada orang yang mengatakan bahwa pilihan kita tidak baik," ujar Devie.