Prevalensi Dekubitus di Indonesia Tinggi, Apa Penyebabnya?

CNN Indonesia
Kamis, 29 Jun 2023 16:15 WIB
Prevalensi ulkus dekubitus atau dekubitus terbilang tinggi di Indonesia. Simak penyebabnya.
Prevalensi ulkus dekubitus atau dekubitus terbilang tinggi di Indonesia. Simak penyebabnya.(CNN Indonesia/Andry Novelino)
Jakarta, CNN Indonesia --

Prevalensi ulkus dekubitus atau dekubitus terbilang tinggi di Indonesia. Simak penyebabnya.

Dekubitus juga disebut luka tirah baring karena rentan terjadi pada orang yang berbaring atau bed rest dalam waktu lama. Kulit terluka akibat tekanan berat tubuh dan permukaan penopang tubuh. Kementerian Kesehatan mencatat prevalensi dekubitus di Indonesia tergolong tinggi.

Ismiyati, Ketua Tim Kerja Sertifikasi dan Pengawasan Sarana Produksi Kemenkes, mengatakan prevalensi dekubitus sebanyak 33,3 persen berdasar data Riskesdas 2018. Angka ini lebih tinggi daripada prevalensi di Asia sekitar 2,1-18 persen dan di ASEAN sekitar 2,1-31,3 persen.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Orang usia lanjut memiliki potensi besar luka dekubitus. Penyebabnya, berkurangnya mobilitas, inkontinensia urine (kondisi hilang kontrol otot kandung kemih sehingga sulit menahan buang air kecil)," kata Ismiyati dalam gelaran 15 Tahun Lifree Unicharm di Hotel Mulia, Senayan, Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu.

Dekubitus tidak muncul begitu saja. Perlu waktu cukup lama untuk pasien mengalami luka dekubitus. Lantas, kenapa prevalensinya tinggi di Indonesia?

Profesor Kusmarinah Bramono dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia menyebut penyebab dekubitus ada banyak faktor. Ada faktor kondisi kesehatan, ekonomi, juga ketersediaan caregiver yang khusus merawat pasien.

"Faktor ekonomi ini misal, orang yang mampu secara ekonomi tentu mampu menyediakan tempat tidur khusus untuk mencegah [kelembapan pemicu dekubitus]," jelasnya dalam kesempatan serupa.

Senada dengan Kusmarinah, Harwina Widya Astuti dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) DKI Jakarta mengatakan penyebab dekubitus bisa dibagi dua yakni faktor internal dan eksternal.

Faktor internal berasal dari pasien sendiri. Karena situasi tirah baring (bed rest) dalam waktu lama, area yang tertekan mengalami sirkulasi darah tidak lancar.

Kemudian ada faktor usia di mana usia lanjut berarti ada proses degeneratif yakni regenerasi sel melambat. Selanjutnya faktor nutrisi. Pasien yang tirah baring lama biasanya nafsu makan menurun sehingga menghambat penyembuhan luka.

"Faktor eksternal bisa jadi lingkungan. Kita harus menyediakan lingkungan yang tidak terlalu lembap atau kering. [Lingkungan lembap] kulit bisa iritasi. Kondisi kekurangan cairan, kulit kering juga ada risiko luka," imbuhnya.

Dia menambahkan faktor keluarga juga berkontribusi pada luka dekubitus. Perawatan keluarga atau caregiver utama berpengaruh sebab mereka yang akan memastikan pasien dalam kondisi baik, rutin ganti posisi tidur.

(els/chs)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER