Jakarta, CNN Indonesia --
Cuma punya waktu sehari di Medan? Tak masalah! Cukup melintasi 'lorong waktu', kamu bisa semakin dekat dengan Medan, budaya dan kebiasaan warga lokal.
Kehadiran Bandara Kualanamu dan kereta api bandara memang bertujuan menjamu pelancong dengan kemudahan. Pembangunan di sana-sini menunjukkan kota ini ingin berkembang, lebih modern. Namun bukan berarti Medan serta merta meninggalkan sejarah dan budaya lama yang telah mengakar kuat.
CNNIndonesia.com ingin mengajak Anda melintasi 'lorong waktu', mengintip Medan dari sisi yang berbeda dalam waktu kurang dari sehari. Siap?
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sarapan ala warga lokal
Apa sih yang terpenting dari sebuah perjalanan? Benar, sarapan. Pilihan sarapan di Medan sebenarnya beragam. Mau sarapan yang agak 'berat'? Ada soto atau lontong. Namun untuk sarapan ringan tapi bikin segar, cukup nikmati kopi dan roti bakar.
Biasanya wisatawan akan menyerbu Kopi Apek, sebuah kedai kopi legendaris Medan. Namun, ada pilihan lain yang saya rekomendasikan yakni Kedai Kopi Sidempuan. Disebut Kedai Kopi Sidempuan sebab berada di Jalan Padang Sidempuan, dekat Jalan Cirebon, Medan.
Kedai memang tidak menawarkan suasana Medan tempo dulu seperti Kopi Apek, tapi kedai ini termasuk kedai legendaris sebab berdiri sejak 1936. Pun menikmati sarapan di sini rasanya menyenangkan.
 Salah satu cara untuk menikmati Medan ala warga lokal adalah menikmati kopi susu di Kedai Kopi Sidempuan. (CNN Indonesia/Elise Dwi Ratnasari) |
Menyeruput kopi akan ditemani celoteh bapak-bapak dalam berbagai bahasa termasuk bahasa Indonesia dan Hokkien, plus deru angkot, bentor serta kendaraan lain yang melaju di Jalan Cirebon.
Di sini, kopi susu dihargai Rp15 ribu dan roti bakar Rp12 ribu dengan beragam pilihan rasa seperti cokelat, selai kacang dan srikaya. Saya sangat merekomendasikan memesan kopi susu panas dan roti bakar srikaya atau selai kacang. Pertemuan rasa pahit dan manis kopi susu kian sempurna dengan manis selai srikaya. Sementara roti bakar selai kacang membuat 'notes' kacang pada kopi makin 'tebal'.
Mumpung masih pagi, saya memutuskan untuk jalan-jalan di Jalan Jenderal Ahmad Yani atau terkenal dengan sebutan Kesawan. Transportasi di Medan ada banyak pilihan tapi saya memilih menggunakan taksi online yang mudah dan cepat.
Mengunjungi rumah Tjong A Fie
 Rumah Tjong A Fie, seorang taipan Medan berdarah Tionghoa, memiliki perpaduan gaya arsitektur Melayu, China dan Barat yang indah. (CNN Indonesia/Elise Dwi Ratnasari) |
Berkunjung ke Medan bakal makin lengkap dengan mampir ke rumah taipan Medan berdarah Tionghoa, Tjong A Fie. Rumah Tjong A Fie terletak di area Kesawan atau kalau boleh saya sebut sebagai area Braga-nya Bandung.
Kesawan penuh dengan bangunan lawas tapi masih dimanfaatkan. Rumah Tjong A Fie ini terlihat menonjol sebab berpagar tinggi dengan gerbang khas bergaya China-Melayu.
Dengan tiket Rp35 ribu, saya mendapat kesempatan keliling rumah yang merupakan hadiah Tjong A Fie untuk istri ketiganya, Liem Koei Yap, seorang perempuan asal Binjai, Sumatera Utara. Rumah ditinggali bersama istri dan tujuh anak mereka hingga Tjong A Fie berpulang pada 1921.
Rumah memiliki arsitektur khas China, Melayu dan Barat. Ditemani pemandu, saya diajak berkeliling ruangan dan diceritakan kiprah Tjong A Fie di Medan maupun tanah kelahirannya di Tiongkok. Hampir semua ruangan saya bisa masuk dan mengambil gambar. Namun ada ruangan yang memang dilarang dimasuki seperti ruang sembahyang.
Tidak seluruh area rumah dibuka untuk umum. Ada area yang masih difungsikan sebagai tempat tinggal oleh cucu Tjong A Fie yakni Mimi Tjong yang kini mengurus museum. Lokasi ini tepat dikunjungi setelah sarapan, sebab museum baru buka pukul 9 pagi.
Makan siang di Tip-Top
Masih di area Kesawan, ada restoran Tip-Top, sebuah restoran legendaris dengan menu oriental, Barat dan Indonesia. Restoran ini berdiri sejak 1934. Letaknya tidak jauh dari rumah Tjong A Fie.
Teringat pesan seorang pengemudi taksi online yang juga warga asli Medan, saya memutuskan untuk memesan bistik.
"Rasanya tidak berubah sejak dulu. Harus coba itu, sama tart. Itu bisa jadi oleh-oleh tapi jangan yang ukuran kecil, nanti keras," pesannya.
Benar saja, bistik Tip-Top adalah menu favorit. Pilihanya banyak seperti Bistik Lidah Lembu, Bistik Udang, Bistik Ayam, Bistik Sapi. Saya memilih Bistik Sapi yang disajikan bersama saus, kentang dan salad.
Untuk dessert, salah satu yang jadi favorit adalah Ystaart yakni es krim berlapis cake dan slagroom alias whipped cream era kolonial Belanda.
Karena dulunya Tip-Top adalah toko kue, kue-kue di sini pun masih mempertahankan kekhasan kue jadul. Tart, misalnya, disajikan dengan sederhana, menggunakan topping meses dan dipanggang menggunakan bahan bakar arang.
Untuk menikmati bistik, harganya dibanderol mulai dari Rp79 ribu. Kemudian Ystaart dibanderol Rp27 ribu. Sementara itu, aneka tart berukuran mini dihargai Rp9.500.
Mampir di Pos Bloc Medan
 Pos Bloc Medan jadi rujukan tempat tongkrongan anak muda Medan untuk bersantai atau bersantap. (CNN Indonesia/Elise Dwi Ratnasari) |
Area Kesawan sedang berbenah sehingga di beberapa titik terdapat perbaikan trotoar. Namun kawasan ini terbilang ramah pejalan kaki seperti Braga. Bedanya, Kesawan memang tidak seramai Braga.
Setelah jalan-jalan di Kesawan, coba mampir di Pos Bloc Medan. Seperti halnya Pos Bloc Jakarta, Medan juga mendandani gedung pos lawasnya jadi area tongkrongan anak muda.
Sebelum menjajal beberapa lapak makanan atau minuman di sana, saya melongok ke ruang Pos House of Fame. Ruangan memotret perjalanan surat-menyurat di Medan dan Indonesia. Terdapat aneka koleksi perangko dari berbagai edisi, kemudian timbangan tempo dulu untuk menimbang barang kiriman.
Puas berkeliling, saatnya duduk dan menikmati sore sembari minum minuman dingin atau menyantap camilan. Ada sekitar 14 tenant makanan dan minuman. Selain itu, ada pula tenant photo box dan beberapa sudut ruang semi terbuka untuk sekadar duduk bercengkrama.
Sowan ke Istana Maimun
 Istana Maimun menyambut wisatawan di tiga ruangan. Unsur-unsur istana banyak didatangkan dari luar negeri seperti Iran, Italia, Belanda dan Prancis. (CNN Indonesia/Elise Dwi Ratnasari) |
Perjalanan bertema masa lalu di Medan bakal lengkap kalau ke Istana Maimun. Istana ini merupakan istana Kesultanan Deli yang dibangun Sultan Ma'Moen Al Rasyid Perkasa Alam Shah atau Sultan Deli IX.
Istana dibangun pada 1888-1891. Istana awalnya dinamakan Istana Agung Kota Medan lalu diubah jadi Istana Maimun. Pembangunan istana merupakan permintaan sang istri, Siti Maimunah, sehingga untuk menghormati sang istri, istana dinamakan Istana Maimun.
Istana Maimun memiliki luas 2.772 meter kubik dengan 30 ruangan. Namun hanya 3 ruangan yang dibuka untuk pengunjung, sementara ruangan lain memang difungsikan sebagai tempat tinggal keluarga Kesultanan Deli.
"Tiga ruangan tadi ada kegunaan masing-masing. Ruangan depan sebagai ruangan untuk menyambut tamu, ruangan tengah sebagai meeting dan ruang belakang sebagai ruang makan," jelas Nida, pemandu wisata Istana Maimun.
Tak heran jika ada acara pernikahan keluarga sultan atau persemayaman jenazah anggota keluarga kesultanan yang meninggal, semua dilakukan di Istana Maimun.
Desain interior istana memadukan berbagai unsur budaya seperti Melayu Deli berpadu dengan unsur-unsur mancanegara. Nida menjelaskan langit-langit atau plafon diimpor dari Iran, kemudian lantai marmer didatangkan dari Italia, lampu dari Prancis, dan kipas angin dari Belanda.
Satu motif atau gambar yang terukir dan sangat lokal adalah bunga tembakau. Dulu, tembakau adalah sumber perekonomian penduduk setempat. Sementara itu, istana berhias warna kuning dan hijau sebab menurut kepercayaan sultan, kuning melambangkan kejayaan dan kemakmuran, sedang hijau lambang Ketuhanan Yang Maha Esa.
Kesultanan Deli sebenarnya masih eksis. Sultan Deli XIV naik tahta di usia 7 tahun karena sang ayah, Sultan Deli XIII, wafat akibat kecelakaan di Aceh pada 2005.
Tak perlu bingung jika menemukan penjual suvenir di dalam istana sebab para penjual ini berasal dari keluarga sultan. Untuk menikmati nukilan sejarah Kesultanan Deli, saya hanya perlu membayar tiket Rp10 ribu.
Lepas dari Istana Maimun, jangan lupa sempatkan ke Masjid Al-Mashun atau Masjid Raya Medan. Bangunan masjid berada tepat di timur istana atau tinggal berjalan kaki menyeberang Jalan Brigadir Katamso.
Kompleks masjid jadi satu dengan makam keluarga Kesultanan Deli. Sayangnya, saya tidak bisa masuk dan hanya mengintip dari balik pagar. Berkunjung ke masjid ini harus berbusana tertutup dan mengenakan penutup kepala.
Makan malam di Sari Laut Nelayan
Untuk santap malam, saya memilih makan seafood di Sari Laut Nelayan yang terletak di Jalan Putri Merak Jingga. Jika diintip di mesin pencari, restoran ini banyak jadi rujukan mereka yang suka seafood dan olahan laut bergaya oriental. Salah satu yang jadi favorit adalah dim sum.
Dari luar, restoran seperti menjanjikan olahan seafood segar sebab berjajar akuarium berisi ragam ikan. Begitu masuk, suasana oriental begitu kental mulai dari desain interior ruangan dan dekorasinya.
Meja-meja bundar dikelilingi kursi mirip dengan acara pernikahan. Di sini, Anda cukup pesan dan makanan datang.
Selain dim sum, restoran menyediakan aneka masakan Chinese seperti bebek peking, kwetiau, ifumie, dan kailan. Di sini, ada dessert yang menarik yakni pancake durian.
Menu dim sum dibanderol mulai dari Rp31 ribu, kemudian menu serba ikan mulai dari Rp81 ribu dan dessert seperti pancake durian dibanderol Rp38.500.
Mabuk durian di Ucok Durian
 Suka durian? Ucok Durian siap menerima kunjungan selama 24 jam dengan aneka durian lokal Sumatera. (CNN Indonesia/Elise Dwi Ratnasari) |
Sumatera terkenal dengan duriannya sehingga paling pas mampir ke Ucok Durian di Jalan KH. Wahid Hasyim, Medan. Warung durian buka selama 24 jam demi memenuhi permintaan pengunjung yang sebagian dari luar Medan.
Zainal Abidin Chaniago, pemilik Ucok Durian mengatakan durian yang dijual merupakan durian lokal atau durian Sumatera.
"Sepanjang tahun durian ada. Yang penting ambil dari Sumatera. Ambil dari Pekanbaru kalau musim. Bulan enam sampai delapan [itu musim durian] di Medan biasanya, kalau enggak ada perubahan cuaca," kata pria yang akrab disapa Ucok ini.
Durian dibanderol dengan harga mulai dari Rp50-Rp100 ribu tergantung ukuran. Sebaiknya Anda beli dan buka di tempat agar bisa ditukar kalau rasa durian ternyata 'zonk'.
Pun durian bisa dibeli dalam bentuk daging durian saja. Harga akan menyesuaikan wadah yang dipilih mulai dari Rp200-Rp700 ribu.
Sebuah tips dari salah satu pegawai Ucok, jika saat durian dibuka dan warnanya agak hitam, berarti durian akan memiliki citarasa agak pahit. Kalau tidak suka ada rasa pahit, sebaiknya pilih yang warnanya kuning polos.