Namun, menurut Travelfish, sejak tahun 1990-an banyak nelayan sudah melakukan praktek penangkapan ikan dengan bom atau sianida di kawasan Togean, yang menyebabkan penurunan tajam jumlah ikan serta rusaknya terumbu karang yang cukup masif.
Hal ini menyebabkan hiu, ikan besar, hingga kura-kura menjadi jarang terlihat. Pada tahun 2016, data Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Tojo Una-Una mengungkapkan sebanyak 25 dari 90 lokasi spot diving dalam kondisi yang tidak cukup baik.
Perkumpulan Inovasi Komunitas (Imunitas) Sulawesi Selatan mencatat dalam situsnya pada Selasa (11/07) bahwa sejak tahun 1990, Kepulauan Togean telah menjadi pemasok Ikan Napoleon Hidup dalam perdagangan global. Hal ini mengubah ekologi dan tatanan sosial masyarakat khususnya Suku Bajau.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Imunitas juga memaparkan kondisi kerusakan terumbu karang yang meningkat tajam pada periode saat ini. Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Tojo Una-Una, Rahmat Basri, mengonfirmasi bahwa praktik ilegal pengeboman laut masih terus terjadi saat ini.
(wiw)