Berdasarkan catatan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), prevalensi obesitas sentral pada usia dewasa terus meningkat sepanjang 2007-2018. Dari 18,8 persen (tahun 2007), 26,6 persen (tahun 2013), hingga 31 persen (tahun 2018).
Tapi lagi dan lagi, obesitas tampaknya tak terlalu menjadi perhatian. Padahal, kasus demi kasus obesitas muncul ke tengah publik.
Masih segar di ingatan, kisah Muhammad Fajri, pria asal Tangerang, Banten yang mengalami obesitas dengan bobot tubuh mencapai 300 kilogram. Upaya perawatan intensif di RSCM, Jakarta tak berhasil menolongnya. Fajri meninggal dunia pada Juni lalu akibat kegagalan multi-organ yang disebabkan bobot tubuhnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Fajri tak sendiri. Masih banyak kasus obesitas yang belakangan jadi sorotan publik. Namun, kisah Fajri jadi pengingat bahwa obesitas bukan kondisi yang bisa disepelekan. Obesitas adalah awal dari berbagai penyakit kronis yang mengancam nyawa.
"Obesitas menjadi sangat penting untuk diselesaikan. Kenapa? Karena obesitas bisa dibilang sebagai 'the mother of disease', cikal bakal penyakit," ujar dokter sekaligus pakar kebijakan dan kesehatan masyarakat Hermawan Saputra saat dihubungi CNNIndonesia.com, Jumat (20/10).
Hermawan mewanti-wanti agar tak hanya stunting yang jadi sorotan utama, tapi juga obesitas.
"Bukan mana yang harus diprioritaskan untuk diselesaikan, tapi obesitas memang harus mulai jadi perhatian untuk diselesaikan," tambah Hermawan.
Obesitas, lanjut Hermawan, adalah kondisi medis yang berkaitan dengan gaya hidup. Jika kampanye kesehatan beserta kebijakan yang menyertainya tidak maksimal, maka obesitas bisa menjadi ancaman yang sangat nyata.
"Jadi, seolah masyarakat dibiarkan saja," ujar Hermawan.
Menurut Hermawan, akan lebih baik jika visi-misi paslon juga menyentuh ranah obesitas, tak cuma stunting.
Hermawan juga berharap agar paslon bisa memperhatikan edukasi gizi masyarakat. Tak hanya fokus pada penerapan label halal dan informasi gizi, tapi juga memberi informasi yang tepat soal hal ini.
"Sejauh ini regulasi kita menyangkut peredaran makanan dan minuman kemasan belum menyentuh ke kadar nutrisi dan kandungan," kata dia.
Hermawan berharap agar siapa pun yang terpilih kelak menjadi pemimpin Indonesia untuk bisa fokus pada penanganan obesitas yang berkaitan dengan asupan makanan-minuman serta gaya hidup.
Karena, menurut Hermawan, kelebihan berat badan dan obesitas juga bisa mengancam generasi emas pada 2030 mendatang.
(tst/asr)