Anak yang Mencari Jati Diri dalam 'Teror' Perundungan di Sekolah

CNN Indonesia
Senin, 20 Nov 2023 12:00 WIB
Perilaku perundungan atau bullying bisa muncul didorong oleh pencarian jati diri saat anak akan beranjak remaja.
Ilustrasi. Perilaku perundungan atau bullying bisa muncul didorong oleh pencarian jati diri saat anak akan beranjak remaja. (iStockphoto)

Selain itu, faktor lain yang bisa mendorong anak melakukan perundungan adalah lingkungan dan media sosial. Paparan lingkungan dan media sosial bisa dibilang sama parahnya dalam hal memantik perilaku bullying seorang anak.

Media sosial memperlihatkan banyak hal terhadap seorang anak. Mereka akan menyerap dan meniru apa pun yang menarik perhatian orang lain.

Hal ini, lanjut Aninda, bisa semakin parah jika orang tua tidak memberikan pendampingan saat anak bermain media sosial.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Anak akan melihat dan meniru apa yang mereka lihat. Jika di media sosial ada tindakan bully yang menurut mereka keren dan menarik, maka bisa langsung ditiru. Si anak pun bisa jadi pelaku perundungan di sekolahnya.

Apalagi kalau sekolah dan keluarga tidak mendukung untuk memberikan pendidikan atau penjelasan ke anak terkait bullying.

"Akhirnya mereka mencontoh dan ada dorongan dari diri mereka, maka tidak bisa dihilangkan lagi muncul perilaku bully oleh anak remaja ini," kata dia.

Bagaimana mencegahnya?

Mencegah perilaku bullying atau perundungan tidak hanya dilakukan satu pihak saja. Semua pihak di lingkungan si anak harus terlibat. Mulai dari keluarga, lingkungan, hingga sekolah.

Perilaku bully muncul karena paparan lingkungan yang tidak ditamengi dengan petuah dan bimbingan orang sekitar. Maka, tanggung jawab soal bullying ini menjadi ranah bersama, bukan hanya satu pihak saja.

"Di sekolah harus ada edukasi soal bullying. Bimbingan konseling ini sangat penting diterapkan tiap sekolah. Pihak sekolah tidak boleh akan istilahnya mewajarkan perilaku bullying sebagai kenakalan biasa. Karena nakal mau bagaimana juga tidak wajar," kata dia.

Selain itu, orang tua juga harus memerhatikan setiap gerak gerik anak tanpa harus mengekang mereka terlalu ketat. Beri anak kebebasan, tapi jenis kebebasan yang bertanggung jawab.

Sementara untuk korban, pendampingan perlu diberikan. Pasalnya, mereka akan mengalami luka, bukan hanya fisik tapi juga psikis. Aninda mengatakan, pendampingan dan konseling diperlukan agar luka fisik dan psikisnya bisa disembuhkan dengan baik.

"Beri anak-anak korban ini perlindungan, jangan sampai mereka trauma dengan bullying yang diterima. Perlihatkan juga bahwa pelaku sudah ditindak sebagaimana mestinya. Jangan sampai pelaku ini dibebaskan begitu saja. Karena jika begitu, mereka bisa mengulangi tindakan bullying tersebut," kata Anin.

(tst/asr)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER