Sebagai tanggapan, para wisatawan secara aktif menghindari destinasi yang dipopulerkan di media sosial, ungkap Jan. CEO tersebut berkata, "Hal ini mendorong wisatawan, khususnya generasi Milenial dan X, dan bahkan beberapa Gen-Z yang cerdas, untuk secara aktif menghindari destinasi yang disebarkan oleh para influencer di seluruh platform sosial."
Menurut Jan, hal tersebut bisa dikatakan sebagai tren anti influencer. Meningkatnya minat wisatawan untuk mengunjungi destinasi yang kurang dikenal dan belum viral di media sosial pun menjadi tren yang dicatat oleh Expedia dengan julukan tren "destinasi wisata alternatif".
Destinasi wisata alternatif adalah destinasi yang memiliki kualitas yang sama dengan destinasi yang lebih terkenal atau romantis, tetapi sering kali diabaikan sehingga dapat memberikan pengalaman menginap yang lebih tenang dan autentik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Seperti yang diharapkan, tren terus berubah, dipengaruhi oleh apa yang sedang viral saat ini. Namun, para anti influencer telah menjauh dari Pantai Amalfi, lebih memilih Puglia. Menukar Madeira dengan Azores, dan memilih Slovenia daripada Kroasia," kata Jan.
"Pergerakan ini mencerminkan keinginan akan keaslian, dengan para wisatawan semakin mencari pengalaman asli dan beralih ke sumber terpercaya untuk menemukannya," tuturnya.
(aur/wiw)