Terletak di Distrik Pudong Shanghai, proyek ini hampir selesai pada tahun 2009, tetapi investasinya gagal. Bangunan beton raksasa itu kini sebagian besar dalam kondisi rusak, ubin yang pecah berserakan di tanah dan peta besar mal yang belum selesai hampir tidak terlihat di bawah lapisan debu yang tebal.
Beberapa ruangan masih menunjukkan tanda-tanda kehidupan, dengan kasur dari para gelandangan, kotak bungkus makanan dan bungkus rokok yang dibuang, bahkan jemuran yang digantung di luar.
Perusahaan media sosial China tidak begitu antusias dengan Urbex. Saat mencari bangunan terbengkalai di Xiaohongshu, platform yang mirip Instagram, pengguna akan disambut dengan pesan peringatan: "Ada risiko di area ini, harap perhatikan keselamatan dan patuhi kebijakan dan peraturan setempat."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Connal, yang berasal dari Inggris, mengatakan kepada AFP bahwa ia memahami pembatasan tersebut. "Beberapa di antaranya terlalu berbahaya, dan beberapa lokasi terbengkalai ini dipenuhi oleh banyak orang," katanya.
Hobi ini juga berada di area abu-abu hukum. Banyak penjelajah urban berpegang pada satu mantra sederhana: tidak mengambil apa pun dari tempat yang mereka kunjungi dan tidak meninggalkan apa pun di sana. Namun, tindakan menerobos masuk tanpa izin dapat dikenai denda di China, sama seperti di negara-negara Barat.
Xu juga mengakui risiko yang datang dengan penjelajahan urban, mulai dari penjaga keamanan yang marah hingga sirkuit listrik yang tidak teratur. "Pertama, Anda mungkin menghadapi risiko menerobos masuk secara ilegal. Kedua, properti pribadi mungkin memiliki penjaga keamanan atau benar-benar disegel," katanya kepada AFP.
"Lokasi-lokasi ini seringkali melibatkan bahaya seperti tidak adanya listrik atau penerangan, kerusakan struktural, dan cedera dari bahan konstruksi seperti paku yang menonjol," bebernya.
(wiw)