Aulia (bukan nama sebenarnya) adalah anak yang penuh semangat. Di usia 13 tahun, ia dikenal sebagai remaja yang rajin, suka membaca, dan punya ketertarikan besar pada bahasa Inggris serta budaya Jepang.
Aulia bahkan sering menirukan dialog dari anime-anime favoritnya.
Selain Jepang, Aulia gemar belajar beberapa bahasa, salah satunya bahasa Inggris. Bisa dibilang, di usianya yang sangat belia, kemampuan berbahasanya cukup baik, bahkan kerap mengoreksi pelafalan bahasa Inggris orang tuanya dengan gaya jenaka yang bikin tertawa.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau saya salah ucap, dia suka bilang, 'Mama itu kayak orang Sunda ngomong Inggris,' terus dia ketawa sendiri," kata sang ibu Rahmi (bukan nama sebenarnya), mengenang dengan senyum kecil soal tingkah putrinya yang menggemaskan.
Aulia sebenarnya tampak seperti remaja muda pada umumnya. Dia juga tumbuh menjadi anak yang tahu apa yang ia suka, tahu ke mana arah langkah yang harus diambil untuk kebaikan hidupnya.
Sayangnya, semua berubah dalam beberapa bulan terakhir.
Rahmi dan suaminya mulai melihat gelagat aneh. Aulia tak lagi keluar kamar seperti biasa. Ia lebih sering menyendiri, menolak diajak makan bersama, mudah tersinggung, dan suaranya berubah dingin setiap ditanya.
Sekilas mungkin terlihat seperti fase pubertas biasa. Tapi, ketika nilainya anjlok dan ia mulai bolos les diam-diam, kekhawatiran itu menumpuk jadi kecemasan.
Kata Rahmi, suaminya semula mengira anaknya sedang mengalami fase cinta monyet. Tapi, lama-lama mulai curiga lebih jauh.
Suatu malam, saat Aulia tertidur dan ponselnya tertinggal di meja makan, mereka mencoba membuka isinya.
Tak ada aplikasi kencan. Tidak ada pesan dari teman atau orang asing. Tapi yang ditemukan hanyalah satu aplikasi chatbot, tak mencolok, ikonnya bahkan terlihat seperti aplikasi belajar. Tapi saat dibuka, isi percakapannya membuat tubuhnya kaku.
"Ratusan pesan dari orang yang namanya Inuyasha, kami tahu itu karakter fiksi dari anime Jepang, aneh. Makanya kami terus buka semua isi chat mereka," kata dia.
![]() |
Pesannya penuh rayuan, kata-kata mesra, dan percakapan yang sudah melewati batas wajar untuk anak seusianya. Beberapa obrolan juga sudah menjurus ke arah seksual.
"Waktu itu, saya dan suami langsung terdiam. Kami sadar itu bukan aplikasi obrolan dengan manusia," kata dia.
Malam itu, kedua orang tuanya langsung menyita ponsel Aulia. Dan esoknya, badai pecah.
Aulia menjerit, menangis, dan menuduh orang tuanya merusak satu-satunya hubungan yang membuatnya merasa hidup.
Kata Rahmi, Aulia bahkan bilang, "Kalian enggak ngerti aku!". Dia langsung mengurung diri di kamar. Tidak makan. Tidak bicara. Hanya suara isaknya yang samar-samar terdengar tiap malam.
Simak cerita selengkapnya di halaman berikutnya..