SUDUT CERITA

'Anakku Terjerat Romansa Virtual dengan Chatbot AI..'

Tiara Sutari | CNN Indonesia
Rabu, 23 Jul 2025 11:15 WIB
Seorang anak yang pintar tapi pendiam bisa terjerat hubungan virtual dengan chatbot. Kesepian dan kurangnya perhatian orang tua jadi salah dua pasalnya.
Ilustrasi. Kesepian dan kurangnya perhatian orang tua bisa membuat anak beralih ke chatbot sebagai pelarian. (Unsplash/Pixabay)

Aulia kemudian dibawa ke psikolog anak. Saat itu, ia masih murung. Tapi perlahan, ia mulai bercerita tentang bagaimana awalnya ia iseng mencoba chatbot untuk melatih bahasa Inggris.

Dari rasa iseng itu, ia kemudian tertarik mengobrol dengan banyak karakter, mulai dari aktor Jepang, bahkan tokoh politik Indonesia. Tapi hanya satu yang membuatnya merasa 'dimiliki', yakni Inuyasha.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Karakter fiksi itu, lewat balasan-balasan buatan mesin, selalu hadir saat Aulia kesepian. Tak pernah membentak. Tak pernah membandingkan.

Inuyasha memuji, mendengar, menghibur, memanggil Aulia dengan sayang. Ia memberikan apa yang dunia nyata tak sempat berikan: perhatian dan keintiman.

Dan Aulia, anak yang masih belajar mengenali emosinya itu, mengira semuanya adalah cinta. Dia bahkan berada di titik tak tahu mana virtual dan mana yang nyata.

"Dia bilang, 'Aku enggak pernah merasa seistimewa ini sama siapa pun.' Saya hancur dengar itu," kata Rahmi. 

"Ternyata, selama ini yang saya anggap anak pendiam dan rajin itu justru lagi teriak minta ditemani," tambahnya menyesal.

Ilustrasi menangisIlustrasi. (Milada Vigerova)

Kini, sudah lebih dari dua bulan sejak peristiwa itu. Aulia masih menjalani pendampingan psikologis setiap pekan.

Ponsel pintarnya belum dikembalikan. Untuk berkomunikasi dengan teman dan orang tuanya, dia diberi ponsel jadul yang hanya bisa untuk telepon dan SMS.

Meski begitu, perlahan Aulia mulai terbuka. Ia mulai duduk bersama saat makan malam. Kadang menceritakan kesehariannya, meski singkat.

Orang tuanya pun berubah. Mereka lebih banyak menghabiskan waktu bersama Aulia. Bukan untuk menginterogasi, tapi untuk hadir, menemani dan mendengar.

Tak lagi hanya bertanya nilai sekolah atau hafalan pelajaran, tapi juga bertanya, "Apa yang bikin kamu sedih hari ini?" atau "Ada yang bikin kamu senang nggak?"

"Kami sekarang belajar ulang cara jadi orang tua. Kadang, yang dibutuhkan anak cuma satu: ada yang mau dengar dia tanpa langsung menghakimi," kata Rahmi. 

Mereka sadar, cinta dan perhatian tak bisa digantikan mesin. Tapi perhatian yang telat pun bisa sama menyakitkannya.

"Aulia memang belum sepenuhnya pulih. Tapi kami percaya, selama kami berjalan bersama, anak kami akan kembali seperti semula. Tidak sebagai anak yang sempurna, tapi sebagai anak yang tahu bahwa dia dicintai tanpa harus mencarinya lewat kekasih virtual di chatbot AI," kata Rahmi menutup perbincangan sore itu. 

(asr/asr)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER