 
                Ginjal adalah organ kecil yang bekerja besar. Ia berperan menyaring darah, membuang racun, dan menjaga keseimbangan cairan tubuh.
Namun, ketika fungsinya terganggu, dampaknya bisa serius, salah satunya adalah ginjal bocor.
Dalam dunia medis, kondisi ini dikenal dengan istilah albuminuria atau proteinuria.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
| Lihat Juga : | 
Ginjal bocor terjadi ketika protein, terutama albumin, ikut keluar bersama urine dalam jumlah berlebihan. Padahal, dalam keadaan normal, protein seharusnya tetap berada di dalam darah karena dibutuhkan tubuh untuk menjaga keseimbangan cairan dan memperbaiki jaringan.
Ginjal bocor menandakan adanya kerusakan pada glomerulus, yaitu pembuluh darah kecil di ginjal yang berfungsi sebagai penyaring. Ketika glomerulus rusak, penyaringan menjadi tidak sempurna dan protein bocor ke urine.
Secara umum, kadar albumin dalam urine hingga 5-10 mg per hari masih dianggap normal. Namun, jika mencapai 30-300 mg atau lebih, itu pertanda ginjal sedang tidak baik-baik saja.
Masalahnya, ginjal bocor sering kali tidak menimbulkan gejala di tahap awal. Banyak orang baru menyadari setelah kondisinya cukup parah.
Beberapa tanda yang bisa muncul antara lain:
• Urine berbusa atau berbuih
• Terlalu sering buang air kecil
• Wajah, kaki, atau perut tampak bengkak
• Mudah lelah dan kehilangan nafsu makan
• Sesak napas, mual, atau muntah
• Gangguan tidur dan konsentrasi
• Kulit kering dan gatal
• Kram otot di malam hari
Jika dibiarkan, ginjal bocor bisa berkembang menjadi sindrom nefrotik, yaitu penumpukan cairan di tubuh akibat kehilangan protein dalam jumlah besar.
Melansir berbagai sumber, hingga kini belum ada penyebab tunggal yang pasti, namun beberapa penyakit diketahui meningkatkan risiko ginjal bocor, di antaranya:
• Infeksi ginjal (pielonefritis) disebabkan oleh bakteri E. coli yang naik dari saluran kemih bagian bawah.
• Lupus nefritis peradangan ginjal akibat penyakit autoimun Systemic Lupus Erythematosus (SLE).
• Preeklamsia komplikasi kehamilan yang ditandai tekanan darah tinggi dan kadar protein tinggi dalam urine.
• Sindrom nefrotik kerusakan glomerulus karena sumbatan, infeksi, atau penyakit seperti lupus dan diabetes.
Selain itu, faktor risiko berikut juga berperan:
• Riwayat penyakit ginjal dalam keluarga
• Obesitas
• Usia di atas 65 tahun
• Tekanan darah tinggi
• Penyakit jantung
• Diabetes
• Kanker ginjal atau multiple myeloma
• Gangguan autoimun
Karena gejalanya sering samar, pemeriksaan rutin menjadi kunci. Jika urine tampak berbusa, tubuh mudah bengkak, atau Anda memiliki penyakit kronis seperti diabetes dan hipertensi, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter.
Dokter akan melakukan tes urine dan darah untuk mengukur kadar albumin dan fungsi ginjal secara menyeluruh. Semakin cepat terdeteksi, semakin besar peluang ginjal untuk pulih.
| Lihat Juga : | 
Mencegah ginjal bocor juga tak sesulit kedengarannya. Anda bisa mulai dengan:
• Minum air putih cukup setiap hari
• Menjaga berat badan ideal
• Mengontrol tekanan darah dan gula darah
• Mengurangi konsumsi garam dan makanan olahan
• Rutin berolahraga
• Tidak menunda buang air kecil
• Hindari merokok dan konsumsi alkohol berlebihan
(tis/tis)