Para penggemar karya Shakespeare kini harus merogoh kocek lebih dalam untuk mengakses balkon terkenal yang diasosiasikan dengan kisah cinta Romeo and Juliet.
"Rumah Juliet" (Juliet's House), yang terletak di kota Verona, Italia, telah menjadi tempat ziarah romantis karena adanya kemiripan antara nama keluarga fiksi "Capulet" dengan keluarga nyata "Dal Capello" yang pernah tinggal di palazzo tersebut.
Balkon kecil yang menghadap ke halaman dalam dianggap serupa dengan tempat pasangan kekasih bernasib tragis itu menyatakan cinta dalam drama. Area ini menjadi simbol keromantisan, di mana kerumunan besar berkumpul di alun-alun untuk berswafoto dan menggosok patung perunggu Juliet.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, sejak 6 Desember lalu, aturan baru mulai diberlakukan, melarang pengunjung memasuki halaman tersebut untuk berfoto, kecuali mereka telah membeli tiket masuk ke museum di dalam rumah.
Hingga 6 Januari 2026, akses ke halaman hanya diizinkan bagi pengunjung yang membeli tiket museum. Tiket masuk untuk dewasa dikenakan biaya 12 euro atau sekitar Rp180 ribu.
Seiring dengan biaya baru, pengunjung kini juga harus mematuhi batas waktu ketat, yakni 60 detik, bagi pasangan yang ingin berfoto di balkon, menurut laporan The Telegraph.
Sementara itu, jumlah turis yang diizinkan berada di dalam Rumah Juliet pada satu waktu dikurangi dari 130 menjadi 100 orang.
Keputusan untuk mengendalikan kerumunan di sekitar balkon ini telah memicu kemarahan turis. The Times melaporkan bahwa pengunjung yang kecewa berteriak "Memalukan!" kepada penjaga yang memulangkan mereka.
"Orang-orang benar-benar tidak senang," kata salah seorang penjaga, seperti dilansir Independent.
Kepala Budaya dan Pariwisata Verona, Marta Ugolini, mengatakan hal terakhir yang diinginkan kota adalah "membatasi akses ke tempat yang dicintai seperti Halaman dan Rumah Juliet."
"Namun, ketika keselamatan masyarakat dipertaruhkan, kami berkewajiban untuk mengadopsi langkah-langkah perlindungan yang sesuai, terutama di hadapan arus luar biasa seperti yang diperkirakan selama periode Natal," jelas Ugolini.
"Kami menyadari ketidaknyamanan sementara ini, tetapi kami yakin pilihan ini diperlukan untuk melindungi baik masyarakat maupun tempat simbolis di kota kami," tuturnya.
"Setelah perjanjian yang telah dimulai diselesaikan, kami akan dapat menawarkan kepada pengunjung rute yang lebih ramah, terstruktur, dan bermakna secara budaya, demi kepentingan semua," imbuhnya.
Sementara itu, para pemilik toko suvenir juga khawatir tentang bagaimana peraturan baru biaya masuk ini akan memengaruhi bisnis mereka.
"Saya mengerti bahwa pada hari-hari tertentu, ketika jumlah turis tinggi, ada kebutuhan untuk mengatur keramaian. Tetapi tidak terpikirkan bahwa ini akan seperti ini dari sekarang hingga 6 Januari, ini benar-benar akan merugikan kami," kata Alessandra Sinico, salah satu pemilik toko, kepada The Telegraph.
(wiw)