Cukup dengan mengubah kebiasaan makan siang, Anda dapat berkontribusi pada penurunan risiko tekanan darah tinggi. Hal ini terungkap dalam sebuah studi oleh peneliti Jepang. Lantas, kebiasaan makan siang seperti apa?
Hipertensi selama ini dikenal sebagai 'silent killer' karena kerap tidak menimbulkan gejala tapi memicu risiko penyakit jantung dan stroke. Pola makan menjadi salah satu faktor penting yang memengaruhi tekanan darah.
stroke
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut sebuah studi terbaru, rupanya kebiasaan makan siang dengan menu rendah garam dan tinggi kalium disebut berpotensi menurunkan risiko tekanan darah tinggi.
Melansir Eating Well, penelitian melibatkan 166 partisipan yang terdiri dari 102 laki-laki dan 64 perempuan yang berusia rata-rata 44 tahun. Para partisipan rutin makan siang di kantin kantor.
Mereka pun dibagi ke dalam dua periode penelitian selama masing-masing empat minggu yaitu, periode intervensi dan periode kontrol.
Pada periode intervensi, partisipan disajikan menu makan siang rendah natrium dan tinggi kalium. Selain itu, partisipan juga diminta mengonsumsi satu produk susu, seperti susu atau yogurt, setiap makan siang kerja.
Produk susu dipilih karena merupakan sumber kalium yang praktis, meski bukan makanan utama dalam budaya Jepang.
Hasilnya, ada perbaikan rasio natrium dan kalium pada peserta setelah menjalani periode intervensi. Kadar natrium dalam urine tercatat lebih rendah, sementara kadar kalium meningkat secara signifikan.
Hasil ini dinilai penting sebab rasio natrium dan kalium yang tidak seimbang telah lama dikaitkan dengan meningkatnya risiko hipertensi.
Kalium membantu tubuh mengeluarkan kelebihan natrium, sehingga dapat menekan efek buruk garam terhadap tekanan darah.
Ilustrasi. Makan siang rendah natrium dan tinggi kalium belum terbukti menurunkan tekanan darah secara langsung. Namun cara ini berhasil menyeimbangkan kadar natrium dan kalium dalam tubuh. Ketika kedua mineral dalam kondisi tidak seimbang maka risiko hipertensi meningkat. (iStock) |
Akan tetapi, peneliti mencatat tidak ada penurunan tekanan darah yang signifikan pada peserta selama penelitian berlangsung. Peneliti menduga karena sejumlah keterbatasan studi.
Salah satunya, tidak adanya jeda (washout period) antara periode intervensi dan kontrol, yang biasanya diperlukan untuk menghilangkan efek periode sebelumnya. Selain itu, durasi penelitian tergolong singkat dan jumlah peserta relatif kecil.
Manfaat terhadap tekanan darah juga dinilai berpotensi lebih besar jika pola makan rendah natrium dan tinggi kalium diterapkan pada sebagian besar waktu makan.
Faktor lain yang memengaruhi hasil adalah kondisi awal partisipan. Sebagian besar partisipan memiliki tekanan darah normal sebelum penelitian dimulai.
Meski belum menunjukkan penurunan tekanan darah secara langsung, tapi studi ini menegaskan pentingnya kebiasaan makan siang dalam menjaga keseimbangan natrium dan kalium.
Pola makan rendah garam dan kaya kalium dinilai dapat menjadi langkah awal untuk menekan risiko hipertensi dalam jangka panjang.
Data terbaru dari jurnal American Heart Association (AHA), menunjukkan bahwa pengganti garam yang diperkaya kalium dan mengurangi natrium merupakan pilihan baik. Anda dapat mengurangi tekanan darah serta angka kejadian dan kematian kardiovaskular.
(nga/els/bac)