Diskusi Ringan Brexit di Meja Makan Timnas Inggris

Dika Dania Kardi | CNN Indonesia
Rabu, 15 Jun 2016 15:50 WIB
Bek timnas Inggris Ryan Bertrand mengakui rencana referendum Inggris untuk keluar dari Uni Eropa pun menjadi perbincangan ringan yang hangat di meja makan.
Skuat Inggris sedang berkumpul sebelum latihan di markas mereka di Chantily, Perancis selama ajang Piala Eropa 2016. (REUTERS/Lee Smith)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pada suatu jamuan makan malam, perbincangan mengenai peluang Inggris akan keluar dari Uni Eropa atau Brexit jadi perbincangan yang hangat di meja makan timnas Inggris.

Aneh, karena di hotel yang menjadi markas mereka di Chantily itu mereka tak membicarakan mengenai laga selanjutnya, derby Britania Raya, melawan Wales di Stadion Bollaert-Deleis, Lens, 16 Juni 2016.

Rakyat Inggris akan mengikuti referendum untuk menentukan nasib mereka di lingkaran zona Eropa tersebut.

"Kami membicarakan tentang [referendum] itu di meja makan, ketika kami sedang bersantai," tukas bek sayap Inggris Ryan Bertrand seperti dikutip dari The Guardian.

Menurut bek yang membela klub Southampton tersebut, para anggota skuat timnas Inggris juga memerhatikan betul peluang negaranya akan tetap, atau berpisah dengan Uni Eropa.

Referendum itu akan digelar pada 23 Juni nanti. Jika Inggris tak bisa lolos dari fase grup para pemain itu bisa berada di rumah saat referendum berlangsung. Pasalnya laga terakhir Inggris di Grup B Piala Eropa adalah melawan Slovakia pada 20 Juni mendatang.

Rencana keluarnya Britania Raya dari Uni Eropa itu pun akan memiliki dampak bagi persepakbolaan Inggris.


Untuk beberapa pihak, akan ada pengaruh positif jika Britania Raya meninggalkan Uni Eropa. Hal itu terjadi karena para pemain lokal mendapatkan kesempatan tanpa harus bersaing dengan para pemain impor murahan dari Eropa.

Tapi bagi yang lainnya, Brexit akan membuat klub-klub Inggris semakin sukar menarik minat pemain papan atas Eropa, dan pada akhirnya melemahkan liga dan mengancam kontrak-kontrak komersial yang membuat para pemain dan klub seolah mendapatkan guyuran uang.

Itu semua terkait dengan hukum tenaga kerja yang saat ini membuat klub-klub Inggris bebas merekrut pemain Uni Eropa tanpa syarat izin pencari kerja.

Ini berbeda dengan para pemain dari Non-Eropa. Untuk mendapatkan visa, mereka harus memenuhi kriteria telah bermain di sejumlah laga internasional yang juga tergantung pada seberapa kuat tim nasional mereka.

Sebuah penelitian yang dilakukan The Guardian yang dipublikasikan pada September tahun lalu menunjukkan dua per tiga dari para pemain Uni Eropa yang bermain di Liga Inggris tidak memenuhi kriteria itu.

Termasuk di dalam daftar pemain 'terlarang' ini adalah empat pemain Manchester United yaitu David de Gea, Morgan Schneiderlin, Juan Mata, dan Anthony Martial, serta pemain belakang Chelsea, Kurt Zouma dan Cesar Azpilicueta saat mulai berada di klub masing-masing.

Mantan bek timnas Inggris Sol Campbell menilai keluarnya Inggris dari Uni Eropa akan mendukung performa timnas negaranya di masa mendatang. Hal itu ia tulis dalam artikel opini yang dimuat The Mail on Sunday.

"Terkadang, ketika saya menonton sebuah sisi dengan para pemain asing medioker, saya berpikir: 'Dimanakah gerangan para bakat Inggris yang tak ada di sana [lapangan hijau] sekarang?' Pada saat itu, tak ada yang bisa kita lakukan tentang ini," demikian analogi Campbell untuk menguatkan opininya.

Menurut Campbell, kontrol atas para pemain asing yang merumput di Inggris akan membuat liga terpopuler sedunia itu menarik pemain yang paling terbaik untuk datang.

Namun, Campbell sepertinya lupa. Tiga negara terakhir yang menjadi juara Piala Dunia--Jerman, Spanyol, dan Italia--pun anggota Uni Eropa yang memiliki sangat banyak pemain asing di liganya.

(kid)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER