Jakarta, CNN Indonesia -- Film-film fenomenal yang tayang beberapa bulan belakangan, ternyata tak mampu membuat libur musim panas di Amerika semarak. Terbukti, ada penurunan penjualan tiket sampai 15 persen dibanding tahun lalu.
Mengutip CNN, seperti yang dilansir tabulator bisnis film Rentrak, penurunan itu terjadi terutama di minggu terakhir Agustus. Penurunan juga terjadi pada pendapatan kotor film-film yang dirilis Mei hingga Agustus. Menurut Box Office Mojo, tahun lalu pendapatan film-film musim panas mencapai US$ 4,85 miliar atau sekitar Rp 56,7 triliun.
Sementara tahun ini, pendapatan film yang rilis Mei-Agustus hanya US$ 3,67 miliar (sekitar Rp 42,9 triliun). Artinya, ada penurunan sekitar 25 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bukan hanya itu, 2014 juga disebut-sebut sebagai tahun pertama setelah 2001, yang pendapatan domestik dari film musim panasnya tidak mencapai US$ 300 juta (Rp 3,5 triliun). Rekor terbaik justru dicatat
Guardians of the Galaxy, yang mencetak pemasukan sebanyak US$ 257 juta (Rp 3 triliun).
RottenTomatoes.com memberinya rating 92 persen.
Guardians of The Galaxy disebut-sebut sebagai film dengan pendapatan domestik kotor tertinggi sepanjang 2014. Tiga minggu berturut-turut sejak dirilis 1 Agustus lalu di Amerika, film itu memuncaki Box Office. Minggu terakhirnya memeroleh US$ 16,3 juta (Rp 190 miliar).
Transformers: Age of Extinction justru dihujat kritikus. Rating-nya di RottenTomatoes.com hanya 18 persen. Dalam pasar domestik, itu hanya meraup pendapatan US$ 244 juta (Rp 2,85 triliun). Namun, film yang dibintangi Mark Wahlberg itu berjaya di luar negeri. Pendapatannya mencapai US$ 821 juta (Rp 9,6 triliun), dengan pemasukan tertinggi dari Tiongkok.
Film Angelina Jolie,
Maleficent sukses meraup US$ 238 juta (Rp 2,78 triliun) di pasar domestik Amerika. Keberhasilan juga masih berpihak pada
22 Jump Street. Dari bujet produksi yang sederhana, hanya US$ 50 juta (Rp 584 miliar), film yang dibintangi Channing Tatum itu memeroleh pendapat US$ 190 juta (Rp 2,22 triliun).
Sementara itu, film drama romantis yang populer di Indonesia,
The Fault in Our Stars, meraup US$ 124 juta (Rp 1,45 triliun). Film yang diadaptasi berdasarkan novel itu mengalahkan
The Edge of Tomorrow. Padahal, bintang utamanya jauh lebih muda dan belum berpengalaman dibanding Tom Cruise.
The Edge of Tomorrow hanya sukses menggaet pendapatan US$ 100 juta (Rp 1,17 triliun) di pasar domestik Amerika. Dibanding biaya produksi sekitar US$ 178 juta (Rp 2,08 triliun), angka itu masih terhitung kecil. Beruntung, secara internasional
The Edge of Tomorrow masih mendapat US$ 264 juta (Rp 3,09 triliun).