Jakarta, CNN Indonesia --
“Ke mana langkahku pergi, selalu ada bayangmu,”Saat intro lagu itu diputar, ingatan Tohpati langsung melayang ke beberapa tahun lalu. Ia sedang berada di studio rekaman Musica, bersama penyanyi legendaris Indonesia: Chrisye.
“Yang paling saya ingat, dulu Mas Chrisye tidak datang untuk
take vocal saja, tapi juga
take drum, gitar, semua alat musik,” tutur Tohpati di Galeri Indonesia Kaya, Jakarta, Rabu (10/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, itu berbeda dengan musisi kebanyakan. Ada beberapa nama kondang yang hanya peduli pada dirinya sendiri. “Waktu ditanya siapa gitarisnya, pengisi musiknya, dia enggak tahu,” ujar Tohpati melanjutkan.
Saat rekaman bukan satu-satunya yang diingat Tohpati tentang Chrisye. Gitaris yang akrab disapa Bontot itu sudah mengenal Chrisye sejak lama, sekitar awal tahun 1990-an. Ia ingat saat pelantun
Lilin-lilin Kecil itu berjalan-jalan membeli jaket di Cihampelas. Juga ketika harus tampil di Jakarta Fair meski kondisinya sakit.
Semua ingatan itu melayang-layang di kepala Tohpati, saat ia mendengarkan 15 lagu populer Chrisye. Kebetulan, ia terlibat di kebanyakan lagu itu. Kini, ia harus mengaransemen ulang untuk Seberkas Cahaya.
Seberkas Cahaya merupakan salah satu konser penghormatan untuk mendiang Chrisye. Namun, berbeda dengan yang biasa, Seberkas Cahaya menyuguhkan pertunjukan balet. Akan ada satu drama utuh berisi empat babak bikinan Ella Meigita, produser Seberkas Cahaya, yang tampil diiringi lantunan lagu Chrisye.
“Memang cita-cita saya membuat pertunjukan balet, tapi ingin yang berbeda,” ujar Ella. Ia pun menggabungkan tarian balet klasik dengan musik pop Indonesia. Chrisye dipilih, karena ia memang amat menggemarinya.
“Beliau
legend of pop, lagu-lagunya masih fenomenal dan diminati,” tuturnya menambahkan.
Namun, siapapun akan mengakui, ini pertama kalinya lagu-lagu itu digunakan untuk mengiringi pertunjukan balet klasik. Yanti Noor, istri Chrisye menuturkan, ia kaget saat pertama dikontak Tohpati soal Seberkas Cahaya.
“Saya bingung. 'Hah, balet? Enggak salah?', kata saya,” Yanti mengatakan. Selama ini, dalam benaknya balet adalah dunia Barat. Ternyata, tarian feminin itu bisa dipadukan dengan kekhasan Indonesia.
Akhirnya, melalui ‘comblang’ Tohpati, Yanti pun bertemu Ella. Ia langsung setuju. “Atas nama Chrisye dan keluarga, saya bangga ada perempuan muda yang punya tekad dan berani,” ujarnya melontarkan pujian.
Yanti melanjutkan, Chrisye pun takkan menyangka lagu-lagu populernya dibuat balet. “Itu di luar dugaan dia. Tapi saya percaya, dia sangat senang dan bangga,” ucapnya lagi. Yanti merasa, Seberkas Cahaya adalah hadiah terindah untuk mendiang suaminya. Sebab, itu diselenggarakan pada bulan lahir Chrisye: September.
Hingga kini, secara musik persiapan Seberkas Cahaya – A Ballet Tribute to Chrisye sudah mencapai 80 persen. Ella menjelaskan, akan ada sekitar 50 penari, terdiri atas 30 penari dewasa dan 25 penari anak.
Pertunjukan itu akan disajikan di Gedung Kesenian Jakarta sebanyak empat kali dalam dua hari. Yakni, 27 dan 28 September 2014, pukul 14.00 dan 19.00. Harga tiketnya beragam, mulai Rp 300 ribu sampai Rp 1 juta.
“VVIP Rp 1 juta, VIP Rp 700 ribu, Gold Rp 500 ribu, dan Silver Rp 300 ribu. Tiket bisa dibeli di Menara Bank Mega Kuningan dan FX Sudirman,” kata Ella menjelaskan.