Jakarta, CNN Indonesia -- Belum lepas dari profesinya sebagai pekerja seni, Daniel Mananta berbelok arah menuju dunia usaha. Bersamaan dengan Hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober 2008, ia mendirikan
Damn! I Love Indonesia. Bersama dua kawannya, Daniel menggagas lini busana untuk pria dan wanita, segala usia.
Ketertarikan Daniel berbisnis, tak lepas dari riwayat keluarganya. Dihubungi
CNN Indonesia, Senin (15/9) Daniel menuturkan, ayahandanya sudah punya posisi mantap di dunia tekstil. Kebetulan, ia punya latar belakang sekolah bisnis. “
Bokap importir.
Gue pengen yang beda, jadi bikin itu,” ujarnya.
Diakui mantan VJ
MTV itu, modal awalnya berbisnis tidak mahal. Pertama membuka merek
Damn! I Love Indonesia, Daniel hanya membuat 10 lusin pakaian. “Lima lusin warna hitam, satu lusin warna putih. Desainnya cuma logo
Damn! I Love Indonesia,” kata Daniel menjelaskan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gerai pertamanya adalah di salah satu sudut FX Sudirman. Selama tiga tahun awal, ia terus menyuntik dana untuk bisnisnya. Kini, hampir enam tahun kemudian, Daniel sudah punya empat toko di Jakarta, dua di Surabaya, satu di Makassar, juga Bali. Produksinya pun makin membeludak.
“Sekarang produksi satu warna, untuk satu desain logo saja, bisa sampai dua atau tiga ribu buah,” tuturnya. Daniel mengakui, predikat selebriti memang sedikit banyak memengaruhi perjalanan bisnisnya. “Tapi banyak juga yang datang ke tokonya baru tahu kalau ini punya Daniel,” ucapnya.
Promosi gratisSelain itu, Daniel juga dibantu “promosi gratis”. Saat busananya dipakai beberapa selebriti asing seperti Adam Levine dan David Beckham, semakin banyak masyarakat yang mencari
Damn! I Love Indonesia. Itu semua, kata Daniel, bukan atas prakarsanya. Penggemar yang membantu.
“Memang ada beberapa artis yang gue minta pakai. Mereka kan teman-teman
gue. Tapi ada juga baju yang dikasih sama fans, terus karena menghargai akhirnya mereka pakai,” ia mengatakan. Dengan begitu, produknya sama saja mendapat pengakuan di mata khalayak.
Selama ini, Daniel sudah melayani pembelian di seluruh wilayah Indonesia. Namun untuk ekspor ke luar negeri, ia mengaku belum pernah. Kalau ada produknya yang tersebar di luar negeri, kata juri kompetisi menyanyi itu, itu karena banyak pembeli yang datang ke Indonesia untuk memborong.
“Ada yang beli banyak
banget, satu koper. Pas balik ke negaranya, mungkin itu mereka jual atau bagi-bagi,” tuturnya melanjutkan.
Budaya IndonesiaBukan hanya promosi dan status keartisan yang membuat produk Daniel maju pesat. Secara kualitas dan desain, itu juga dianggap menarik. Soal desain, Daniel menerangkan, ada rekannya yang khusus menggagas itu. Syarat rancangannya sederhana: harus terinspirasi dari budaya Indonesia.
“Budaya Indonesia seperti wayang, dan sebagainya. Itu dikolaborasikan dengan budaya luar,” katanya. Dalam sebulan, ada sekitar 20 rancangan baru. Daniel menjelaskan, dirinya pernah menelurkan satu desain. “Huruf I, gambar
love batik, sama tulisan BTK.
I Love Batik,” ucapnya.
Lalu, karena merasa tidak berbakat mendesain, Daniel memilih mengembangkan secara bisnis.
DibajakPernah, desain produk Daniel dibajak negara tetangga. Itu menjadi perbincangan hangat, karena mendadak logo Damn! I Love Indonesia ada di Singapura. “Sampai saat ini pun masih. Tapi sudah ada pengacara, jadi biar itu jadi urusan dia,” kata Daniel. Di satu sisi, ia bangga. Di sisi lain, Daniel sedih.
“Gue ada bangganya, karena pembajakan itu
biggest complimentary,” ia menuturkan. Dengan dibajak, artinya orang-orang menganggap produk itu bagus. Namun, yang membuat Daniel sedih adalah pembajakan di dalam negeri sendiri. Sebab, sejatinya produk itu sudah tersedia.
“Barangnya sudah ada. Yang bikin orang Indonesia juga. Masa dibajak?” ujar Daniel mengeluhkan.
Masa pensiunDamn! I Love Indonesia bukan satu-satunya bisnis milik Daniel. Selain lini busana, ia juga menggagas
event organizer,
talent agency, dan
movie investment. Seluruhnya, tergabung di
Damn Inc.
Meski hampir seluruhnya sukses, termasuk lini busana
Damn! I Love Indonesia, Daniel menyangkal bisnis yang dimilikinya adalah untuk persiapan pensiun dari dunia selebriti. Ia menegaskan, dirinya sama sekali tidak berniat pensiun. Menurutnya, pemikiran seperti itu sangat pesimistis.
“Bisnis itu bukan jalan keluar saat
nggak laku. Itu
gloomy banget,” ujarnya. Produser film
Killers itu melanjutkan, “Tuhan kasih dua talenta, kenapa
nggak dimaksimalin dua-duanya?” katanya santai.