Jakarta, CNN Indonesia -- Semakin menjamurnya komik-komik buatan lokal menunjukkan para komikus Indonesia tengah mengembangkan sayapnya. Beberapa dari mereka terinspirasi oleh
manga (komik Jepang). Sebagian lainnya mendapatkan inspirasi dari komik buatan negara-negara Barat. Kisah komikus yang sukses pada taraf internasional mungkin sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat Indonesia. Misalnya Ardian Syaf, asal Tulungagung yang kini telah berhasil bekerja di DC Comics. Setidaknya untuk dua tahun ke depan, ia telah dikontrak oleh DC Comics untuk menggambar komik Batman dan Superman.
Ardian memulai kariernya sebagai komikus profesional sejak 2007. Saat itu, ia menggarap komik Dresden Files untuk Dabelbrothers Publishing. Karyanya itu ternyata menarik minat agensi artis komik yang kemudian mengajaknya bergabung. Hasil karyanya ditunjukkan ke editor-editor Marvel dan DC Comics. "Yang pertama kali merespons dari Marvel. Barulah beberapa bulan kemudian ada tawaran dari DC Comics," ujar Ardian saat ditemui di Popcon Asia, SMESCO Tower, Jalan Jenderal Gatot Subroto, Jakarta, Jumat (19/9).
Saat bekerja untuk Marvel, Ardian telah menggambar komik
Nightcrawler dan
Captain Britain. Sementara, karyanya untuk DC Comics di antaranya:
Justice League of America, Batman Blackest Night, Superman/Batman, serta
Green Lantern Corps.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ardian mengatakan perkembangan komik lokal sudah cukup bagus. "Semakin banyak komik-komik lokal di toko buku," kata pria berkacamata ini.
Meski karyanya telah diakui di kancah internasional, Ardian mengaku terus berusaha meningkatkan kualitasnya. "Harus disiplin dalam meningkatkan kualitas karena persaingan semakin ketat," katanya.
Penciptaan pahlawan lokalBila komik-komik Marvel dan DC Comics telah memiliki kekhasannya masing-masing akan sosok pahlawan super, beberapa komikus Indonesia berkreasi dengan tokoh wayang. Tokoh wayang tradisional disulap menjadi pahlawan super masa kini.
Is Yuniarto, pria yang berdomisili di Surabaya ini, menjadikan kisah wayang sebagai cerita komik yang digambarnya. Ia telah membuahkan empat komik
Garudayana.
Garudayana bercerita tentang kisah wayang kontemporer seputar
Pandawa dan Kurawa.
Garudayana menyuguhkan cerita baru dengan balutan kisah wayang Indonesia. Is sengaja membuatnya menjadi sederhana agar menarik pembaca dengan segmentasi usia remaja.
Selain
Garudayana, Is telah menghasilkan komik-komik lainnya, yaitu
Grand Legend Ramayana, Wind Rider dan trilogi
Knights of Apocalypse.
Berbagai penghargaan telah ia raih, seperti Juara I Lomba Komik Ragnarok Online (2004), Juara I Lomba Komik Animonster (2006), serta Juara I Lomba Komik Seal Online 2006.
Meski mengangkat tokoh wayang, Is mengaku dirinya banyak mendapat inspirasi dari komik Jepang. Oleh karena itulah, karakter-karakter yang ia ciptakan tampak bergaya manga.
"Saya ingin memperkenalkan kisah wayang ke anak-anak Indonesia. Saya pikir antusiasme masyarakat cukup tinggi bila dilihat dari hasil penjualan," kata Is saat ditemui di Popcon Asia, SMESCO Tower, Jakarta Selatan, Jumat (19/9).
Komunitas komikusDi sisi lain, komunitas komikus tengah berkembang di beberapa daerah Indonesia. Komunitas ini memfasilitasi para komikus yang masih menerbitkan sendiri komik-komiknya.
Salah satunya adalah Forum Komik Jogja. Forum ini merupakan wadah para komikus serta penggemar komik Yogayakarta berbagi ilmu serta saling mengapresiasi satu sama lain.
Tak jarang, cerita komik yang dihasilkan pun merupakan kisah nyata yang berasal dari kehidupan sehari-hari. Robet Lemmu, misalnya, menciptakan komik Aping & Anit yang bercerita tentang kenakalan anak-anak di Perkampungan Sosial Pingit yang merupakan penampungan anak-anak tunawisma.
Pengalamannya sebagai sukarelawan di tempat penampungan tersebut membuahkan ide untuk membuat komik mengenai anak-anak di tempat tersebut.
Karakter-karakter ini pun resmi dibuatnya pada 4 Maret 2013. Saat ini, Robet menerbitkan komiknya dengan metode penerbitan sendiri.
Ia menjelaskan salah satu kesulitan komikus lokal adalah pengembangan pasar karena begitu banyaknya komik impor. "Sebenarnya, orang Indonesia suka komik lokal, mereka menyukai konten-konten lokal," kata Robet saat ditemui di Popcon Asia, SMESCO Tower, Jakarta Selatan, Jumat (19/9).
Namun, ia menjelaskan memang agak sulit memasukkan komik ke toko buku besar. "Royalti yang ditawarkan kurang cocok. Kalaupun masuk toko buku, seringkali peletakan komik lokal tidak sesuai dengan kategorinya, terkadang diletakkan di buku resep atau buku anak," kata Robet kemudian mengakhiri pembicaraan.