Jakarta, CNN Indonesia -- Jika mendengar Lady Gaga bernyanyi di album terbaru yang ia luncurkan bersama Tony Bennett, runtuhlah seluruh citra anehnya. Tak ada lagi Mother Monster. Pose dan busana aneh, suara menggeram atau memekik, sama sekali tidak muncul. Gaga bernyanyi dengan amat manis.
Terang saja, ia dan Bennett menyuguhkan album jazz nan melankolis. Album bertajuk
Cheek to Cheek itu diluncurkan pada Selasa (23/9). Sebagai penanda kemeriahannya, diadakan konser bergaya Renaissance di Brussels. Cole Porter dan Duke Ellington membantu musik jazz-nya.
Dalam konser, penampilan Gaga berubah total. Mengutip
Reuters, ia lebih tampak seperti bintang
Hollywood tahun 1950-an ketimbang ratu MTV masa kini. Gaga tidak membungkus tubuhnya dengan busana aneh seperti kulit ketat, atau tata rambut seperti dari planet lain.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gaga tampil dengan anggun dan elegan. Ia terbalut gaun koktail warna emas dengan aksen berkilauan. Tak seperti konsernya di beberapa negara, Gaga tidak terlalu ribut soal ganti kostum.
Gaga dan Bennett menjadi magnet penyedot perhatian. Keduanya berhasil menggabungkan sekitar lima ribu penggemar untuk menonton konser sederhana itu. Mereka terbagi atas penonton muda yang merupakan penggemar Gaga, dan paruh baya 'bawaan' Bennett.
Sekitar 30 menit Gaga dan Bennett tampil. Mereka menyanyikan beberapa lagu seperti
It Don’t Mean a Thing dan
Lush Life. Seperti dugaan Bennett, penampilan itu disambut sangat antusias.
"Saya tahu penampilan Lady Gaga memunculkan reaksi yang belum pernah didengar di kota ini. Orang-orang mencintai, dan dia mencintai mereka balik," ujar Bennett, memuji rekan duetnya.
AnggunSaat konferensi pers soal album, Gaga masih tampak anggun. Ia menggunakan gaun beludru biru dengan ekor sepanjang dua meter. Pelantun
Born This Way itu hadir berdampingan dengan kawan duetnya, Bennett. Usia mereka terpaut amat jauh, sekitar 60 tahun. Gaga bahkan terlalu muda untuk disebut putrinya. Tapi, ia justru merasakan kenyamanan bersama Bennett.
"Saya merasa terbebas. Sudah lebih dari delapan tahun saya tidak bernyanyi. Tony menerima saya secara keseluruhan," ujar Gaga, sembari menggenggam tangan rekan bernyanyinya.
Gaga sadar selama ini ia dikenal sebagai penyanyi yang sama sekali tidak
jazzy. Ia memang terlahir di dunia musik sebagai gadis unik dari New York. "Jadi saya sesuaikan musik saya, untuk mendapat perhatian, agar lebih banyak perjalanan, juga pertunjukan," katanya menjabarkan.
Namun, bukan berarti Gaga tidak bisa menyanyi 'serius'. Saat bertemu Bennett pada sebuah konser amal di New York tahun 2011, hasratnya terhadap jazz semakin terbuka. Tak lama setelah itu, keduanya rekaman
The Lady is a Tramp untuk album Bennett,
Duets II.
Kerjasama ternyata berlanjut. Kini, keduanya meluncurkan
Cheek to Cheek dalam suasana intim sekaligus mewah. Grand-Place di Brussels disulap menjadi semacam istana abad pertengahan. Kolam besarnya menjadi sebuah sentuhan klasik yang tidak biasa. Suara manis Gaga pun membahana.