Jakarta, CNN Indonesia -- Bukan saja manusia yang memiliki indra, alam juga memiliki indra yang dapat merasakan segala perlakuan manusia yang semena-mena kepadanya.
Ada falsafah Minang yang berpesan,
"Alam takambang jadi guru," artinya bahwa alam akan selalu memberikan contoh.
Termasuk dalam rangkaian ICAD 2014 bertajuk
AYATNA on Stage, Collaboratice Cultural Performance: Women, Art and Soul of Minang. Inilah pertunjukan kultural yang mengangkat kisah antara manusia dengan alam yang dikemas dalam latar budaya Minang.
Pada malam pembukaan ICAD 2014, ditampilkan grup vokal Be3 berkolaborasi dengan tarian kontemporer hasil koreografi Yola Yulfianti diiringi musik dari Trust Orchestra.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pertunjukan ini juga menggaet aktris Dinda Kanyadewi sebagai sutradara, dan desainer Qisthas Noe’man yang merancang kostum yang dikenakan oleh Be3.
"Pertujukan dibuat sesuai tema ICAD 2014 yang mengangkat
ayatana, yang bermakna indra dan rasa yang diterjemahkan dalam konsep bagaimana tata cara manusia hidup di bumi," kata Dinda.
Lebih lanjut Dinda menjelaskan seringkali manusia suka lupa bahwa bumi juga bisa merasa ketika berinteraksi dan berperilaku terhadap bumi dan alam semestanya.
Jadi semestinya dengan falsafah
'Alam takambang jadi guru' bisa jadi pengingat manusia untuk mencontoh dari alam, berguru dengan alam, dan mengembalikannya lagi ke alam.
Seperti biasa, setiap tahunnya pembukaan ICAD selalu menampilkan pertunjukan kolaborasi yang mengangkat nilai budaya yang ditampilkan secara kontemporer.
Setelah tahun lalu mengangkat budaya Jawa dan tahun sebelumnya campuran tarian Jawa dan Aceh, tahun ini giliran budaya Minang.
"Pertunjukan ini seperti biasanya mengusung semangat ICAD setiap tahunnya yaitu semangat kolaborasi," kata Dinda.
Sebagai aktris yang biasa tampil di sinetron, ini adalah kali pertama Dinda mensutradarai sebuah pertunjukan. Aktris yang pernah mensutradarai sebuah film pendek ini ditantang oleh pendiri ICAD Diana Nazir untuk mensutradarai acara pembukaan ICAD.
"Awalnya sempat ragu, tapi saya rasa ini kesempatan yang baik juga untuk saya belajar. Di ICAD ini juga saya harus bekerjasama dengan seniman-seniman handal, ini adalah kesempatan baik untuk membuktikan saya bisa," Dinda menjelaskan.
Pemilihan Be3 ini dirasa Dinda adalah pilihan yang tepat, mengingat Be3 adalah grup vocal yang memiliki banyak prestasi dan talenta.
"Saya sempat menonton pertunjukkan mereka yang membawakan adat Minang. Maka itu saya rasa Be3 pas untuk menjadi bagian dari pertunjukkan ini mengingat tema ayatana sendiri dan memiliki sentuhan Minang," Dinda mengungkapkan.
Tidak hanya Dinda yang mendapatkan pengalaman baru dalam ICAD tahun ini, Qhistas juga merasa demikian. Ini memang kali ke-2 bagi Qhistas menampilkan rancangan busananya di ICAD, sebelumnya dia pernah menampilkan rancangan bertema
Escapology tahun 2011.
Di tahun ini Qhistas menjadi perancang kostum yang harus memasukan unsur Minang ke dalamnya.
“Saya melakukan eksplorasi hiasan rambut Suntiang, selain dari bajunya itu sendiri. Menurut saya kita sering lupa bahwa Indonesia itu sangat kaya dan punya banyak hal untuk dieksplor. Pakaian yang kita pakai sehari-hari juga ada sejarah dan maknanya,” cerita Qhistas.