Jakarta, CNN Indonesia -- Budaya populer tidak hanya terlihat dari produk-produk Hollywood. Dalam Popular Culture Convention (Popcon) Asia 2014, budaya populer juga menampilkan produk-produk dalam negeri, seperti komik, film, dan ilustrasi buatan anak bangsa.
Berbagai ikon
superhero lokal pun diperkenalkan kepada masyarakat, seperti Gundala, NusantaRanger, Bima X, dan Gatot Kaca.
Popcon Asia merupakan festival industri kreatif yang menampilkan berbagai produk komik, film, mainan, dan animasi dari berbagai seniman ternama dari dalam dan luar negeri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Popcon Asia telah tiga kali digelar sejak 2012. Tahun ini, tema yang diusung adalah
Be Pop, Be You. Acara ini diselenggarakan pada 19-21 September di SMESCO Tower, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan.
"Popcon Asia merupakan wadah bagi para komikus, ilustrator, pembuat film, animator, dan desainer mainan untuk saling berbagi dan membangun koneksi," ujar ketua penyelenggara Grace Kusnadi Goh saat ditemui di SMESCO Tower, Jumat (19/9).
Grace menjelaskan antusiasme masyarakat sangat tinggi menyambut Popcon Asia yang diselenggarakan setiap tahun.
"Tahun 2012 kami hanya ada 87 stan, lalu pada 2013 meningkat jadi 101, dan sekarang meningkat lagi menjadi 116," ujar Grace.
Popcon Asia pada kali ini juga menghadirkan para seniman dari 11 negara asing, yaitu Amerika, Australia, Belanda, Hong Kong, Korea, Prancis, Dubai, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Filipina.
Pengunjung dapat berinteraksi langsung dengan para seniman dan bahkan mempelajari langsung ilustrasi di stan yang telah disediakan panitia.
"Popcon Asia tahun ini jauh lebih bagus daripada tahun-tahun sebelumnya. Tahun ini lebih banyak seniman lokal dan asing yang berpartisipasi," ujar Dimitri Arditya (20), salah satu pengunjung.
Para ilustrator yang mulai berbisnis pun mendapatkan kesempatan memamerkan koleksinya. Misalnya, Lia Hartati, ilustrator yang membuat kartu resep makanan khas Indonesia.
Lia membuat resep makanan mudah dipahami dengan mewujudkannya dalam bentuk ilustrasi pada sebuah kartu.
Bukan hanya memperkenalkan budaya populer Indonesia, Popcon Asia 2014 juga banyak mengangkat kebudayaan Jepang.
Berbagai makanan khas negeri matahari terbit dijual di acara tahunan ini, seperti gyoza, takoyaki, sushi, serta dorayaki. Pengunjung yang tertarik juga bisa mengikuti
costume play (
cosplay).
Bila tertarik, pengunjung juga bisa mencoba
maid cafe.
Maid cafe menghadirkan konsep 'seperti makan di rumah sendiri', di mana suasana dijaga agar tetap privat dan tidak terlalu berisik. Adapun, para pramusaji merupakan perempuan yang berkostum seperti pelayan Prancis pada abad ke-19.
Selain itu, Popcon juga menginisiasi RA Kosasih Award, sebuah penghargaan yang diberikan sebagai apresiasi tertinggi kepada komik Indonesia. Penghargaan ini diberikan sebagai penghormatan untuk RA Kosasih, komikus Indonesia ternama yang membuat berbagai komik seperti Sri Asih, Ramayana, dan Mahabharata.
Dukungan kedutaan asingGrace mengatakan butuh dana sekitar Rp 2 miliar untuk melaksanakan acara ini. Adapun, sponsor utama terdiri dari Bank Mandiri, Kedutaan Prancis, dan Kedutaan Korea.
"Kami sudah mencoba mengajukan proposal Popcon ke Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif tetapi selalu ditolak," ujar Grace. Ia menyayangkan sikap Kemenparekraf yang tidak menunjukkan dukungan terhadap festival ekonomi kreatif yang cukup besar di tanah air ini.
Namun, Grace mengatakan Kemenparekraf masih memberikan dukungan untuk acara RA Kosasih dan Kompetisi Komik Indonesia yang diadakan dalam Popcon Asia 2014.
"KKI memang inisiatif dari Kemenparekraf," ujarnya. Meski tidak mendapat dukungan dari pemerintah, Grace optimis untuk mengadakan Popcon Asia pada tahun depan. "Rencananya bulan Agustus tahun depan," katanya.
Popcon Asia 2014 berhasil menarik pengunjung sekitar 24 ribu. Jumlah ini melonjak dari tahun-tahun sebelumnya. Pada 2012, jumlah pengunjung sebanyak 9 ribu, sedangkan pada 2013 sebesar 18 ribu.