ICAD 2014

Pertemuan ke-5 Seni dan Desain

CNN Indonesia
Kamis, 25 Sep 2014 11:51 WIB
Di tahun ini Indonesia Comtemporary Art & Design 2014 mengambil Ayatana sebagai tema untuk mengajak pengunjung menikmati desain dan seni melalui kelima indera kita.
Indonesia Contemporary & Art Design (ICAD) 2014
Jakarta, CNN Indonesia -- Ayatana diambil dari bahasa Sansekerta, memiliki arti indra kemanusiaan yang dipandang sebagai dasar dalam menjalani kehidupan.

Di tahun ini Indonesia Comtemporary Art & Design 2014 mengambil Ayatana sebagai tema untuk mengajak pengunjung menikmati desain dan seni melalui kelima indra kita.

Saat Anda berkunjung ke Grand Kemang Hotel, ada sesuatu yang berbeda dari hotel ini. Tampilan depan hotel ini tidak seperti biasanya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tampilan yang biasanya terkesan datar dengan warna hitam dan abu-abu kali ini ada gambar-gambar unik berwarna merah muda dan biru yang terlihat seperti jamur dengan ilustrasi seperti abstrak menghiasi tampilan yang datar tersebut.

Memasuki lobi hotel Anda akan mendapati sebuah gambar besar yang terlihat seperti komik memperlihatkan percakapan antara sepasang kekasih perempuan dan pria.

Dengan melangkah lebih jauh semakin banyak instalasi-instalasi seni bertebaran di berbagai sudut hotel. Ada apa ini?

Pameran seni dan desain biasanya tidak pernah digabungkan menjadi satu dalam suatu pameran. Artura Insanindo bersama Yayasan Design + Art Indonesia menggagas pertemuan seni dan desain ini untuk diadakan setiap tahunnya.

ICAD 2014 yang mengambil tema Ayatana ini adalah pameran ke-5 yang diselenggarakan kembali selama enam pekan dari tanggal 24 September sampai 7 November di Grand Kemang Hotel.

Pameran ini sendiri tidak hanya memamerkan karya-karya para senimannya, tetapi juga terdapat konvensi, lokakarya, dan festival film.

Tidak hanya itu, biasanya pameran seni atau desain terpisah sendiri-sendiri, juga bersifat mencari keuntungan dan menjual karya yang dipamerkan. Namun, ICAD hadir untuk menunjukkan kreatifitas anak bangsa yang memperlihatkan kekayaan budaya Indonesia.

Berbeda dari pameran biasanya, ICAD diselenggarakan di sebuah hotel yang merupakan tempat yang tidak lazim untuk digunakan sebagai ruangan pameran.

"Kenapa hotel? Karena hotel berbeda dari galeri atau pusat belanja yang akan tutup pada waktu tertentu, hotel akan buka selama 24 jam. Selain itu ada mobilitas yang berbeda dengan menggelar pameran di hotel," kata kurator ICAD tahun ini Hafiz Rancajale.

Sebagai kurator, Hafiz memboyong 37 insan kreatif dengan beragam latar belakang, yaitu desainer, arsitek, perupa, fotografer, dan juga sineas.

Terdapat 37 karya yang tidak hanya lukisan, tetapi ada juga instalasi-instalasi seni, video, patung, dan lain-lainnya yang dapat Anda lihat di ICAD ke-5 ini.

Terdapat beberapa nama seperti desainer Francis Surjaseputra, fotografer Ayang Kalake, dan seniman Irwan Ahmett yang pernah berpartisipasi pada ICAD sebelumnya dan kembali berkarya tahun ini.

Ada pula nama-nama baru seperti Eko Nugroho yang beberapa waktu lalu berkolaborasi dengan merek ternama Perancis, Louis Vuitton, dan sutradara muda Yosep Anggi Noen yang telah mendapatkan penghargaan internasional.

"Ada proses yang cukup panjang untuk memilih karya apa saja yang ditampilkan, tetapi tidak berarti yang tidak masuk itu jelek tetapi karena kurang pas. Mungkin saja kita pakai tahun depan," Hafiz mengungkapkan proses seleksinya.

Karya-karya yang dipilih ini adalah karya yang sesuai dan dapat mewakili tema Ayatana sendiri, namun menurut Hafiz dalam seni tidak ada sesuatu yang pasti dan dapat menjamin interpretasi semua orang sama.

"Semua orang pasti beda-beda, itulah uniknya seni. Seni tidak akan membuat isi kepala semua orang sama," katanya.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER