BAHASA FIKSI DI LAYAR LEBAR

Tren Dunia Sinema dan Dilema Bahasa

CNN Indonesia
Rabu, 01 Okt 2014 14:44 WIB
Berawal dari Star Trek, semakin banyak film yang memunculkan bahasa fiksi. Di satu sisi kreasi itu diminati, tapi di sisi lain dianggap merusak bahasa.
Sam Worthington, aktor Avatar, salah satu film dengan bahasa fiksi (Reuters/Mark Blinch)
Jakarta, CNN Indonesia -- Saat Montgomery Scott (James Doohan) bicara bahasa Klingon di film Star Trek: The Motion Pictures, penonton mungkin mengernyitkan dahi. Itu tahun 1979, belum banyak film yang memunculkan dialog dengan bahasa aneh. Star Trek bisa dibilang film besar yang menjadi pionir.

Hanya ada sebelas frasa yang diucapkan Scotty. Namun ternyata, itu menjadi tonggak sejarah bagi bahasa fiksi di dunia film. Punggawanya Marc Okrand. Bahasa ciptaannya terus digunakan dalam film Star Trek berikutnya. Klingon baru populer setelah Star Trek III: The Search for Spock.

Belakangan, Klingon berkembang pesat di dunia nyata. Meski begitu, Okrand tetap rendah hati.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saat berdiskusi dengan Ben Zimmer, seorang ahli bahasa Amerika, Okrand berkata ia bukan orang pertama yang memunculkan bahasa fiksi di layar lebar. Ia justru menyebut nama Victoria Fromkin, seorang profesor UCLA. Menurut Okrand, Fromkin lah penggagas bahasa fiksi dalam dunia film.

Bahasa ciptaannya dimunculkan melalui Pakuni, makhluk mirip kera yang muncul di serial televisi anak Land of the Lost sekitar 1970-an. Tahun 1981, Anthony Burgess juga membuat bahasa prasejarah untuk film Quest of Fire. Namun, dunia baru mengenal bahasa fiksi lewat Star Trek.

Tulis Zimmer di New York Times, sebelumnya orang tak pernah peduli soal tata bahasa aneh di film. Bahasa robot di The Day the Eart Stood Still sama sekali tak memerhatikan unsur linguistik. Begitupula dengan bahasa alien lain, yang kebanyakan hanya diciptakan melalui manipulasi suara.

Okrand yang kemudian menjadikan orang peduli. Ia membuat bahasa baru lewat pengembangan morfologi dan sintaksis. Kiprahnya kemudian dilanjutkan oleh ahli bahasa lain seperti Paul Frommer, profesor bahasa di USC Marshall School of Business yang menciptakan bahasa untuk Avatar.

Bahasa yang disebut Na’vi itu punya susunan vokal yang lebih merdu dan sistem gramatikal yang lebih rumit. Tak berlebihan untuk disebut indah. Langkah Frommer pun dikagumi beberapa ahli bahasa. Ia berhasil membuat varian baru dengan menggabungkan bahasa Polinesia dan sejumput Afrika.

“Na’vi terdiri atas 20 konsonan, tujuh vokal, empat diftong, dan dua suku kata tersendiri,” tulis Frommer menerangkan, saat diminta menjadi penulis tamu di sebuah situs bahasa, Language Log. Lewat tulisan yang sama, ia menjelaskan cara mengkreasikan huruf-huruf itu menjadi bahasa utuh.

Secara umum, bahasa buatan semacam itu disebut bahasa fiksi. Zimmer lebih sering menamainya dengan cinematic xenolinguistics, alias bahasa asing yang merambah dunia film. Setelah merasuki layar lebar, bahasa-bahasa itu ternyata diminati. Banyak yang kemudian mempelajarinya.

Otak-atik kata

Frommer memang seorang ahli bahasa. Ia direktur di Center for Management Communications dan profesor bahasa. Ia juga mengajar di departemen bahasa USC Marshall School of Business. Mengotak-atik bahasa, bermain dengan vokal, konsonan, dan kata sudah hal biasa baginya.

Namun, membuat bahasa sekarang tidak selalu butuh keahlian khusus. Saking merebaknya bahasa fiksi, Wikihow sampai menyuguhkan cara membuat bahasa sendiri. Langkah pertama, menentukan nama bahasa. Kemudian, memilih bagaimana cara mengucapkannya.

Proses kreatif dimulai di langkah ketiga. Yakni, membuat alfabet ciptaan sendiri dalam bahasa yang diinginkan. Ada setidaknya empat opsi yang bisa dipilih. Pertama, menggunakan simbol. Jika itu menjadi pilihan, lebih baik ketika ada cara pengucapan unik untuk masing-masing simbol.

Kedua, menggunakan alfabet dan suku kata tersendiri. Ketiga, menggunakan alfabet yang memang sudah ada. Huruf latin misalnya, lebih mudah digunakan ketimbang menciptakan seluruh bahasa benar-benar dari nol. Pilihan keempat, menggabungkan beberapa alfabet dengan pengucapan baru.

Langkah selanjutnya adalah membuat kosakata. Kreativitas mengotak-atik alfabet dibutuhkan. Upayakan ada sistem yang jelas untuk membuat setiap kata. Jika benar-benar buntu, tak ada salahnya meminjam kata yang sudah ada, lalu memberi sedikit perbedaan aksen.

Jika sudah menemukan sebanyak mungkin kata, waktunya membuat kamus, dan menciptakan kalimat sehari-hari dari kosakata yang ada. Lebih natural, lebih baik. Jika ingin membuatnya lebih serius, ciptakan juga struktur bahasanya. Setelah itu, praktekkan mulai dari lingkungan terdekat.

Merusak bahasa

Bagi Zimmer, kreasi Frommer membuat bahasa Na’vi, juga Okrand yang menciptakan Klingon, merupakan kontribusi terbesar bahasa terhadap dunia fiksi ilmiah. Apalagi, bahasa mereka dikembangkan. Lembaga-lembaga resmi mempelajarinya. Kamusnya terjual ratusan ribu eksemplar.

Namun, tidak semua ahli bahasa berpendapat demikian. Dalam kata pengantar The Encyclopedia of Fictional and Fantastic Languages, Ursula K. Le Guin mengejek bahasa fiksi seperti dalam Star Trek.

"Itu mematenkan hegemoni pria, memunculkan bahasa non-Inggris yang menggelikan, serta aturan yang tak dapat diganggu gugat soal wanita cantik dengan nama indah berakhiran 'a'," tulisnya.

Ejekan serupa dilontarkan ahli bahasa lain, Harold F. Schiffman. Ia mencatat, bahasa fiksi dalam film dirancang untuk membingungkandan menggelikan. Menurut Zimmer, pendapat itu tidak mengindahkan proses bahasa serta budaya yang coba diterapkan Okrand dan Frommer.

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER