Jakarta, CNN Indonesia -- Disleksia, gangguan yang membuat seorang anak kesulitan membaca dan menulis bisa jadi juga menghambat anak pengidapnya untuk berkomunikasi dengan teman sebayanya.
Tapi itu tak terjadi pada Aqila Prabowo (10). Dia menemukan bisa berkomunikasi dengan sebayanya lewat lukisan. Hal itu pulalah yang dilakukannya saat menggelar karanya di tengah hutan pinus Gunung Pancar.
Semua berawal dari terapi yang dijalani Aqil setiap minggunya. Salah satu terapi itu adalah dengan menggambar dan membuat pola.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terinspirasi dari terapi yang dijalankan Aqil setiap minggunya, ia dan ibunya mengajak teman-teman mereka untuk bermain dan belajar di alam.
Terapi yang dijalankan Aqil ternyata tidak hanya membantu dirinya sendiri, tetapi juga membantu orang lain dan juga alam.
Dengan rutinitas mingguannya di alam, Aqil terinspirasi untuk membuat gambar-gambar yang dapat mengajak teman-temannya untuk menjaga lingkungan.
Gambar-gambar berpola yang menggambarkan benda-benda hidup seperti jamur, bunga, daun, dan lain-lain ternyata membuat banyak orang tertarik.
"Awalnya kita tidak ada niat sama sekali menampilkan karya Aqil seperti ini atau bahkan menjualnya, ternyata banyak yang tertarik bahkan membeli," kata Amalia Prabowo, ibu Aqil.
Bersekolah di High Scope yang kebanyakan siswanya bermain di mall saja, membuat Amalia dan Aqil ingin mengajak mereka bermain ke alam. Selain menikmati gambar-gambar unik Aqil, para teman-temannya juga mendapatkan pengetahuan yang banyak tentang alam.
"Dengan bermain ke hutan, anak-anak ini mendapatkan banyak pengetahuan, misalnya tentang pohon yang tumbuh besar dalam waktu 10 tahun, bagaimana pohon mencari matahari, dan lain-lain,” kata Amalia bercerita.
Acara ini juga didukung oleh sekolah Aqil sendiri dan juga teman-temannya yang ingin menjadikan ini jadi kegiatan rutin.
"Masih ada yang merasa Gunung Pancar itu jauh, jadi nanti kita adakan acara eco weekend untuk beraktivitas di luar ruangan, dan tidak perlu ke kota lain karena di Jakarta juga ada tempat-tempat yang memadai," kata Amalia.
Selanjutnya acara-acara seperti ini akan dijadikan kegiatan rutin yang diadakan di Jakarta, misalnya di taman-taman kota, atau juga di pagi-pagi di Ragunan yang juga terdapat trek jogging.
[Gambas:Video CNN]Bekerja sama dengan organisasi pencinta alamHasil karya Aqil ternyata tidak hanya menyumbang pengetahuan pada orang-orang di sekitarnya saja. Organisasi yang bergerak di bidang lingkungan Greenpeace juga mendukung acara yang diusung oleh Amalia dan Aqil.
"Kita didukung Greenpeace, terutama dalam hal mengenalkan lingkungan ke anak-anak," kata Amalia. Melalui acara ini diadakan berbagai permainan yang sifatnya edukasi kepada anak-anak, seperti lomba mengumpulkan sampah, lalu diberikan penetahuan soal pohon.
Selain Greenpeace, hasil karya Aqil membantu beberapa UKM mengembangkan usahanya melalui bantuan Do Art.
Do Art merupakan sebuah komunitas yang membantu para UKM untuk menambah nilai UKM tersebut. Hal-hal ini diwujudkan Do Art melalui karya Aqil.
Amalia bercerita terdapat salah satu UKM yang memproduksi popok bayi, dengan bantuan gambar pola Aqil yang ditambahkan ke produk tersebut, produk ini dapat berkembang ke marjin yang lebih besar. Lalu ada lagi perusahaan digital print yang menggunakan desain Aqil.
Dengan gambar-gambar yang terinspirasi dari terapi Aqil sendiri untuk menggambar pola justru membuatnya dapat menggandeng berbagai pihak.
Menggambar bisa di mana sajaJika biasanya seniman menggambar di kertas atau kanvas, Aqil yang bukan seorang seniman bisa menggambar di manapun ia mau.
"Kemarin-kemarin ada temannya membawa helm, ia ingin menggambar di helm. Kadang ia tiba-tiba ingin menggambar di dinding, bisa juga menggambar di kaki katanya ingin membuat tattoo," kata Amalia.
Sebagai pengidap disleksia dan semi autis, daya imajinasi Aqil sangat tinggi dan tidak membatasinya untuk berkarya di media apa pun. Menurut wanita karier ini, apa yang Aqil gambarkan adalah apa yang ia rasakan dan ingin disampaikan.