Jakarta, CNN Indonesia -- Keinginan untuk memiliki patung kepala naga tak kesampaian, Kartika Affandi pun membuat lukisan
Naga (2014) dengan menyisipkan lukisan wajahnya sendiri. Tak ubahnya “
selfie” dalam pulasan abstrak atau ekspresionisme yang menjadi kekhasannya.
“Saya sudah kadung jatuh hati dan ingin bersama si naga,” kata perupa 80 tahun yang tetap bugar. Sayangnya, patung yang dilihatnya saat pesta Hari Raya Pecun di Parangtritis, Yogyakarta, pada awal tahun, itu kemudian dibakar, tak bersisa.
“Jadilah saya masuk ke objek: wajah saya menempel di sisi naga. Ada mata, hidung, mulut, rambut saya,” katanya sembari menunjukkan detail lukisan. Tak tanggung-tanggung, Kartika melukisnya dari pagi hingga malam. Bahkan tidur di pantai beralas tikar dan beratap “tenda” dua kanvas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lukisan cat akrilik di kanvas 170 x 220 cm ini dipamerkan di Museum Nasional, Jakarta, selama sepekan (18-25/10). Selain
Naga, Kartika juga menampilkan dua lukisan lain:
Penjual Mainan di Beijing (1994) dan
Bunut Bolong (2013).
Ini bukan pameran tunggal sang putri pelukis legendaris Affandi, melainkan pameran bersama yang digagas oleh Indonesia-China Art Association (ICAA). Pameran pertama level internasional bertajuk
Hikayat Air ini melibatkan sekitar 30 pelukis asal China dan Indonesia.
Menurut
founder ICAA Yince Djuwidja, pameran ini merupakan ajang pertukaran kebudayaan dan silaturahmi para pelukis kedua negara. ICAA adalah organisasi nirlaba berbasis keanggotaan yang terdiri dari sejarawan, kurator, kritikus, kolektor, pendidik, penerbit seni.
Lebih dari 80 lukisan yang ditampilkan kali ini telah dikurasi oleh Agus Dermawan T. (Indonesia) dan Ding Yan (China). Selain pameran lukisan, juga digelar seminar dan lokakarya. Tahun mendatang, kata Yince, akan ada agenda tambahan: lelang lukisan.