Jakarta, CNN Indonesia -- "Kapan kawin?" Pertanyaan ini kerap dilontarkan kepada perempuan lajang oleh kerabat maupun sahabat lama. Dua kata yang membuat perasaan dongkol, kecut, sehingga enggan menjawabnya. Tak ubahnya teror yang merongrong kehidupan para lajang.
Produser Robert Ronny dan penulis skenario Monty Tiwa jeli menangkap situasi yang kerap dialami para lanjang ini. Menggandeng sutradara Ody C Harahap, di bawah rumah produksi Legacy Pictures, mereka membuat film
Kapan Kawin?"Film ini
basic-nya mau mengganggu para jomblo. Kapan kawin adalah pertanyaan paling teror untuk semua jomblo. Kami ambil ekstrem: ketika ditanya itu, apa yang akan dilakukan," ujar Ody dalam konferensi pers film ini di Djakarta Theatre, Rabu (29/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Konflik digulirkan lewat dua pemeran utama, Dinda (Adinia Wirasti) dan Satrio (Reza Rahadian). Ditemui pada kesempatan yang sama, Asti menuturkan, Dinda tak jauh berbeda dengan perempuan lajang masa kini.
"Dinda perempuan dari Yogya, merantau ke Jakarta. Dia tumbuh di keluarga yang semua punya
run on schedule," katanya.
Di Jakarta, Dinda bekerja di sebuah hotel berbintang. Sebagai perempuan karier, ia terbilang sukses. Namun Dinda “lupa” bahwa ia punya kehidupan pribadi yang juga harus diurus. Di usianya yang sudah berkepala tiga, Dinda bahkan belum punya kekasih.
Sementara itu, orang tua dan keluarganya tak henti membombardirnya dengan pertanyaan klasik: "Kapan kawin?" Dinda bersikukuh pada pendirian untuk mengejar karier, sampai ia bertemu Satrio. Dunianya pun berubah.
"Main sama Reza di layar lebar sudah jadi impian saya," kata Asti. Sebelumnya Asti sempat beradu akting dengan Reza di film
Jalan Pintas, bagian cerita dari film (omnibus)
Jakarta Maghrib yang dirilis empat tahun silam.
Kini, keduanya siap meneror kaum lajang lewat akting di
Kapan Kawin? "Kami berharap filmnya bisa semengganggu pertanyaan itu. Semoga banyak yang merasa
related," ujar Ody berharap.
Ditambahkan Ronny, mementaskan hal yang dianggap paling meneror adalah salah satu trik mencuri perhatian pencinta film Indonesia di tengah maraknya produksi dalam negeri.
"Harus bikin film yang ringan tapi juga ada pesan yang disampaikan. Ini sekaligus jadi trik untuk para jomblo, kalau ditanya begitu jawabnya bagaimana," ujarnya sembari berkelakar.