Jakarta, CNN Indonesia -- Film garapan Lukman Sardi,
Di Balik Pintu Istana, semakin mendekati jadwal tayangnya, 15 Januari 2015. Sebagaimana pernah ia sampaikan kepada CNN Indonesia pada awal September 2014, ia merampungkan film yang berkisah tentang gejolak politik Indonesia pada 1998.
Film berdurasi sekitar dua jam ini merupakan film panjang pertama yang diarahkan oleh aktor yang baru-baru ini berperan dalam film
7 Hari 24 Jam. Berkisah tentang gejolak politik pada 1998 sekaligus dampak yang dirasakan oleh sebuah keluarga (dibintangi oleh Chelsea Islan, Donny Alamsyah, Ririn Ekawati, serta Fauzi Baadila).
"Kejadiannya belum terlalu lama, baru sekitar 15 tahun. Anak yang baru lahir baru saat itu belum tahu bahwa di Indonesia pernah ada kejadian demikian. Saya ingin mengungkap ‘Ini lho, ada kejadian 1998,’” kata Lukman saat ditemui di Epicentrum, Jakarta, Rabu (19/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, film ini bukan hanya untuk mengedukasi generasi muda, tetapi juga sebagai pengingat agar jangan sampai masa kelam 1998 terjadi lagi. Salah satu tantangan bagi Lukman yaitu mengisahkan kejadian 1998 tanpa mengundang kontroversi.
(
Baca Juga: Lukman Sardi Suguhkan Potret Humanis Tragedi Mei 1998)
"Bagaimana caranya supaya saya bisa mengungkapkan sejarah ini tanpa mengundang kontroversi. Saya benar-benar hanya mau mengungkapkan sisi kemanusiaannya. Saya ingin menunjukkan banyak orang yang harapannya berantakan karena peristiwa ini,” tuturnya.
Sementara itu, para pemain yang terpilih memerankan film ini diseleksi melalu
casting. "Saya mencari orang yang punya kecocokan dengan karakter yang saya angkat dan akting mereka sesuai dengan apa yang saya bayangkan. Dan yang saya lihat, Donny sesuai harapan saya," kata putra musisi Idris Sardi.
Butuh Riset MendalamFilm yang mengangkat kisah sejarah ini membuat Lukman harus melakukan riset mendalam. Sekitar setahun ia melakukan riset, berkonsultasi dengan ahli sejarah, memilah cerita, serta mewawancarai orang terkait.
"Banyak orang yang terlibat dalam kejadian ini dan masih hidup sampai sekarang. Jangan sampai menimbulkan kejelekan nama orang ini,” katanya.
Selain Amien Rais, ia juga mewawancarai Wiranto, kepala rumah tangga presiden, juga aktivisi di Solo dan Jakarta. Dari hasil riset tersebut, Lukman memutuskan untuk tidak memunculkan adegan brutal.
“Nantinya bisa memancing kontroversi," katanya. Maka ia pun berfokus pada sisi kemanusiaan demi menghindari hal-hal yang sensitif. Sementara itu, kesulitan yang ia hadapi adalah soal perizinan alat-alat negara, seperti panser.
"Namun saya bersyukur bisa dapat izin ambil gambar di gedung DPR dan MPR. Kalau sampai tidak bisa, pasti kewalahan, karena pada kejadian 1998 ribuan mahasiswa masuk ke situ," kata Lukman yang sebelumnya sempat memberi judul
Di Balik '98 untuk debut film yang disutradarainya ini.