Jakarta, CNN Indonesia -- Anda yang tumbuh di medio 80-an, tentu tak asing dengan istilah layar tancap. Menikmati film di panggung terbuka ditemani camilan sederhana seperti jagung dan kacang rebus, pasti menjadi kenangan indah dalam catatan kehidupan Anda.
Malahan istilah 'misbar' atau gerimis bubar sempat populer pada masa itu. Istilah itu merujuk pada kerumunan penonton layar tancap yang bubar seketika saat gerimis datang.
Terlepas dari genre film yang diputar, mulai film propaganda Orde Baru sampai film erotis, layar tancap adalah saat film melebur ke tengah masyarakat. Di tengah kondisi politik yang serba tertutup, layar tancap menjawab kehendak masyarakat yang haus hiburan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Romantisme layar tancap kini coba diungkit kembali oleh para seniman kreatif Indonesia. Untuk kedua kalinya, Kineforum Misbar 2014, sebuah acara pemutaran film di ruang terbuka hadir di tengah masyarakat urban perkotaan.
Ketua Dewan Kesenian Jakarta, Irawan Karseno, dalam malam pembukaan Kineforum Misbar 2014 menyampaikan acara ini digelar sebagai bentuk pelayanan kepada masyarakat yang berhak mendapatkan tontonan berkualitas juga murah.
"Kami mencoba menangkap keresahan masyarakat yang tengah mencari alternatif hiburan," kata Irawan, Sabtu (22/11) malam.
Pernyataan itu seakan menjawab fenomena di industri film saat ini. Film menjadi sajian eksklusif yang hanya diputar di pusat-pusat perbelanjaan mewah. Mau tak mau hak menonton film hanya milik segelintir kalangan.
Kineforum Misbar 2014 digelar di Lapangan Blok S, Jakarta Selatan. Selama dua minggu, mulai 22 November hingga 6 Desember mendatang, masyarakat dapat menikmati film-film berkualitas produksi dalam negeri.
Film yang diputar bukan sekedar film ecek-ecek. Pada malam pertama, film
Kantata Takwa (2008) dipilih sebagai pembuka. Pilihan film yang tepat disandingkan dengan tema 'LAWAN' yang diusung Kineforum. Film bersejarah yang mengkritik tajam rezim represif Orde Baru ini mulai dibuat pada 1991 silam dan membutuhkan waktu 17 tahun untuk menyelesaikannya.
Total ada 40 film Indonesia klasik dan kontemporer yang akan diputar selama perhelatan ini. Setiap malam ada dua film yang dimainkan dan dibagi dalam dua sesi, pukul 7 malam dan 9 malam.
Meski digelar di tempat terbuka dan gratis, Kineforum Misbar menjanjikan pengalaman menonton tak terlupakan. Penyelenggara telah menyulap area lapangan menjadi semacam bioskop mini.
Tak hanya itu, tata suara juga diatur sedemikian rupa sehingga kualitas suara boleh disandingkan dengan jajaran bioskop ternama.
Satu lagi, bila cuaca hujan, pemutaran film akan tetap dilanjutkan. Untuk itu persiapkan payung atau jas hujan sebelum menonton, karena 'misbar' tak lagi gerimis bubar tetapi gerimis bareng.