Jakarta, CNN Indonesia -- Jika Anda mengharapkan suasana tegang dan adu senjata dalam
The Hunger Games: Mockingjay Part 1, bersiaplah untuk kecewa. Katniss Everdeen (Jennifer Lawrence) bahkan hanya sekali melepaskan anak panah yang selama ini menjadi keahliannya.
Yakni, saat mengincar pesawat The Capitol. Katniss juga sempat dua kali menyiapkan anak panah, saat berlatih bersama Beetee (Jeffrey Wright) dan berburu bersama Gale Hawthorne (Liam Hemsworth). Namun, ia selalu tak sempat melepaskan anak panah.
Katniss bahkan hanya berpakaian perang lengkap dengan busur dan anak panahnya, saat pengambilan gambar dalam rangka propaganda masyarakat distrik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sekuel ketiga dari
The Hunger Games ini lebih banyak menampilkan adu komunikasi. Antara Katniss yang menjadi Sang Mockingjay, ikon pemberontakan para penduduk distrik, dengan Peeta Mellark (Josh Hutcherson) yang dipaksa jadi corong The Capitol.
Konflik
The Hunger Games: Mockingjay Part 1 lebih serius ketimbang cerita-cerita sebelumnya. Ini soal strategi dan manipulasi. Bagaimana Plutarch Heavensbee (Philip Seymour Hoffman) dan Presiden Alma Coin (Julianne Moore) memanipulasi Katniss sehingga mau menjadi sang pengobar semangat.
Mereka membiarkan Katniss pulang ke Distrik 12, melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana penduduk dihancurkan oleh The Capitol. Katniss juga dibawa ke Distrik 8, menyaksikan para pemberontak yang terluka tapi tak ciut nyali.
Sebaliknya, film garapan Francis Lawrence ini juga menggambarkan bagaimana Presiden Snow (Donald Sutherland) menggunakan Peeta Mellark (Josh Hutcherson) untuk melukai Katniss secara psikis.
Setiap kali Peeta tampil di Capitol TV dengan tubuh kurus dan wajah penuh derita, setiap itu pula Katniss merasa bersalah lantaran telah 'meninggalkan' rekannya di tengah area permainan. Katniss 'ditekan' untuk tidak melawan.
Perseteruan distrik dengan The Capitol sejenak menjadi konflik pribadi Katniss dan Peeta. Apalagi film ini masih juga dibumbui kisah cinta. Hati Katniss mulai terlihat memilih, antara Gale atau Peeta. Namun, Francis sukses membuat
The Hunger Games: Mockingjay tak terlalu cengeng ala romansa.
Francis juga mengganti rugi lonjakan adrenalin yang dicari penonton, dengan aksi laga penyelamatan Peeta dan peserta lainnya di The Capitol. Sekelompok pasukan diterjunkan, dengan berani menerobos satu demi satu pertahanan lawan. Pesawat canggih, bom, dan gas dikeluarkan.
Secara keseluruhan,
The Hunger Games: Mockingjay mampu memuaskan hati penonton. Namun jika masih memimpikan pemberontakan besar, letusan perang, serta tatap muka langsung Katniss dan Presiden Snow, bersabarlah sampai
The Hunger Games: Mockingjay Part 2 muncul 2015 mendatang.