OPERA TARI GANDARI

Kisah Klasik Mahabarata dalam Kemasan Kekinian

CNN Indonesia
Jumat, 05 Des 2014 11:00 WIB
Sepenggal kisah Mahabrata akan ditampilkan secara kontemporer dalam Opera Tari Gandari, dari segi tari, musik, kostum, sampai tata panggung.
Ilustrasi: Kisah klasik Mahabarata tak sebatas pertunjukan wayang atau lainnya. Kini, siap ditampilkan dalam kemasan kontemporer lewat Opera Tari Gantari. (ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kisah klasik Mahabarata, yang menuturkan pertarungan antara Kurawa dan Pandawa, telah sering dipentaskan dengan nuansa tradisional, dari lakon tari, teater, sampai wayang.

Namun kali ini, sepenggal kisah Mahabrata ditampilkan secara kontemporer dalam Opera Tari Gandari pada 12-13 Desember 2014 di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki. Hal ini tidak terlepas dari niatan sang sutradara, Yudi Ahmad Tajudin.

“Sejak awal, kami tidak ingin membuat pertunjukan yang mengedepankan dan menebalkan unsur tradisi,” kata Yudi saat konferensi pers Opera Tari Gandari yang diadakan di JS Luwansa, Kuningan, Jakarta (4/12).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dengan mengambil inspirasi dari tradisi, kami mencoba memasuki kenyataan-kenyataan yang terjadi saat ini," kata Yudi yang kali ini bekerja sama dengan komposer Tony Prabowo.

Kisah Gandari, terinspirasi dari puisi karya Goenawan Mohamad, Gandari. Ia tak lain ibunda Kurawa yang memiliki peran antagonis. Lewat opera tari ini, Yudi dan Tony menampilkan interpretasi yang berbeda.

"Gandari adalah seorang ibu dan pribadi yang memiliki perasaan dan kemarahan. Di sini, kami ingin memperlihatkan bagaimana ia menghadapi kejadian yang menimpanya dan bagaimana ia memprotes kepada para dewa akan berbagai hal," kata Yudi.

Yudi menambahkan, meskipun basis kisahnya tradisional, namun opera tarinya tidak perlu menjadi sesuatu yang menegangkan. “Hanya menjadi latar belakang saja yang ditampilkan sesuai dengan situasi kita saat ini.”

Uniknya, opera tari ini juga menggaet seniman-seniman asal Jepang dan Eropa. Yang membuat Yudi salut, “Akiko, koreografer tari dari Jepang, cepat sekali menafsirkan kisah ini dan tidak terhambat oleh sosok mitos Gandari.”

(Baca Juga: Penari Asia dan Eropa Liukkan Kisah Mahabarata)

Selain cerita, penggarapan musik, tata panggung dan kostum opera ini juga tidak seperti kisah-kisah Mahabarata lazimnya. Garapan musiknya dikerjakan oleh Tony Prabowo dengan mengambil disiplin musik kontemporer barat.

Begitu pula tata panggung yang dikerjakan oleh Teguh Ostenrik. Sang seniman membuat instalasi besar di panggung dengan ketinggian tujuh meter yang nantinya akan ditempati sang solois Opera Tari Gandari.  

Yudi memastikan, panggung karya Teguh ini tidak dibuat dalam kerangka visual yang khas dengan tradisi. Idem ditto dengan urusan kostumnya, di mana stylist Chitra Subiyakto pun tidak membuat kostum yang pekat dengan unsur tradisi.

Opera Tari Gandari berdurasi satu jam, dengan kolaborasi yang melibatkan seniman Indonesia, juga Jepang dan Eropa. Rencananya, akan ditampilkan di Frankfurt pada tahun mendatang, juga di negara-negara lain.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER