Jakarta, CNN Indonesia -- "Apalah arti sebuah ilmu jika tidak diabdikan untuk kemanusiaan," begitu kata Cempaka, guru Padepokan Tongkat Emas.
Di tengah ramainya film-film drama bertema kisah percintaan remaja sampai dewasa, Mira Lesmana justru menghadirkan film silat ke tengah masyarakat Indonesia.
Pendekar Tongkat Emas menyuguhkan konflik kekuasaan, pengkhianatan, serta drama yang dibalut laga silat klasik Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, film itu seperti melebihi sinema-sinema Indonesia kebanyakan. Proses produksi, pengambilan gambarnya terlihat rapi. Kamera yang digunakan pun canggih, belum pernah digunakan di Indonesia.
Ceritanya sangat orisinal, tidak mengikuti tren yang marak dengan biografi tokoh dan adaptasi novel. Film itu juga menyuguhkan pemandangan alam luar biasa dari Sumba Timur, sudut yang belum banyak terjamah.
Akting para pemain pun menakjubkan. Meski belum pernah main film aksi, Nicholas Saputra, Reza Rahardian, Tara Basro, Eva Celia, dan yang lain bisa membawakan koreografi silat dengan baik.
Namun ada beberapa cibiran, silat yang dimainkan di
Pendekar Tongkat Emas bukan asli Indonesia. "Saya sendiri sering bingung menjelaskan ini film apa, action, pencak silat, atau apa," kata Mira Lesmana, produser film, Kamis (11/12).
Namun ia melanjutkan, jika ada yang menyebut
Pendekar Tongkat Emas sebagai film Tiongkok, itu salah besar. Referensi Mira adalah komik Indonesia zaman dahulu.
"Soal silat itu pasti akan saling berseberangan di dunia. Pasti tidak bisa lepas dari Tiongkok, karena begitulah dunia persilatan. Kostum saja, mau lihat film silat dari mana pun pasti sama, karena itu supaya gampang bergerak," ujar Mira lagi, menjelaskan.
Pendekar Tongkat Emas memang film silat pertamanya. Tapi, itu sudah menjadi obsesinya sejak kecil. Ia sendiri pengoleksi komik-komik jadul Indonesia.