CAHAYA DARI TIMUR

Berawal dari Mimpi Supir Ojek untuk Menyatukan Maluku

CNN Indonesia
Jumat, 12 Des 2014 08:54 WIB
Tidak hanya menjadi debut film pertama Chicco Jerikho, Cahaya dari Timur juga debut bagi musisi Glenn Fredly memproduseri film.
Cahaya dari Timur (ANTARA FOTO/Feny Selly)
Jakarta, CNN Indonesia -- Tidak hanya menjadi debut film pertama Chicco Jerikho, Cahaya dari Timur: Beta Maluku juga debut bagi musisi Glenn Fredly memproduseri film. Glenn tidak menyangka, dari perbincangan dengan sutradara Angga Dwimas Sasongko pada 2010 tercipta karya Cahaya dari Timur.

“Awalnya sekedar obrolan yang belum pernah terpikirkan tentang Sani Tawainella dengan Angga. Saya bilang pada Angga bahwa cerita ini harus jadi film,” kata Glenn dalam sambutannya di acara Syukuran Film Cahaya dari Timur di Restoran Terrace, Senayan, Jakarta.

Sani adalah supir ojek yang membawa Angga berkeliling Maluku.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Akhirnya film Cahaya dari Timur ini berjalan, dan saya tidak menyangka bisa mendapat tempat tertinggi di FFI.”

Penyanyi berdarah Ambon itu berkata, tujuan awalnya berkarya adalah untuk menyampaikan apa yang terjadi di Maluku, bukan mencapai penghargaan apa pun. “Ini adalah kado terindah untuk Maluku dan untuk orang Indonesia Timur,” ucap Glenn yang menggandeng musisi-musisi Maluku untuk membuat latar musik Cahaya dari Timur: Beta Maluku.

Pertemuan dengan Sani

Kebahagian serupa juga dirasakan oleh sutradara Cahaya dari Timur: Beta Maluku Angga Dwimas Sasongko. “ Saya tidak menyangka karena beberapa nominasi awal seperti editor dan sinematografi enggak dapat. Paling tidak dapet satu lah,” kata Angga dalam sambutan di acara syukuran film garapannya.   

Akhirnya, aktor utama Cahaya dari Timur Chicco Jerikho disebut sebagai pemenang kategori Aktor Terbaik. Kategori film bioskop terbaik pun menyusul diraih oleh Cahaya dari Timur: Beta Maluku. “Di titik itu, saya terbayang perjalanan film ini.”

Pertemuan dengan Sani Tawainella yang tidak disengaja terjadi 2007 silam, saat Angga sedang menggarap sebuah film dokumenter di Maluku.  

“Sani adalah storyteller yang luar biasa. Dia bercerita gagal jadi pemain nasional (sepakbola), lalu balik ke Maluku sebagai tukang ojek, tapi memiliki misi untuk melatih bola,” cerita Angga.

Ada keinginan besar mengangkat cerita Sani ke dalam karya film, tapi usia Angga masih sangat muda saat itu. “Tahun 2007, usia saya masih 22 tahun. Jadi, saya tidak terbayang membuat film dengan bujet yang besar,” kata Angga melanjutkan.

Tiga tahun berselang, ada harapan mewujudkan keinginan Angga saat dia bertemu dengan Glenn. “Kami mengobrol banyak, dan akhirnya kami putuskan untuk membuat film ini.”

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER