AKUSTIK ENJOY JAKARTA

"Perang" Jazz vs Rock dalam Atmosfer Akustik

CNN Indonesia
Senin, 15 Des 2014 14:30 WIB
Musik jazz dan rock memiliki kekhasan masing-masing lewat tiupan saksofon dan petikan gitar. Lalu, apa jadinya jika keduanya dibawakan secara akustik?
Komposer Dian HP, salah satu juri Kompetisi Akustik Enjoy Jakarta. (CNN Indonesia/Endro Priherdityo)
Jakarta, CNN Indonesia -- Musik jazz dan rock memiliki kekhasan masing-masing lewat tiupan saksofon dan petikan gitar. Lalu, apa jadinya jika keduanya dibawakan secara akustik?

Jawabannya ada di Kompetisi Akustik Enjoy Jakarta 2014 yang digagas Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta (Disparbud). "Perang” pop jazz melawan rock ballad ini digelar pada 15-16 Desember 2014.

Abdul Gozali dari Bagian Pengembangan Masyarakat Disparbud menyatakan, kegiatan ini bertujuan mengembangkan kemampuan akustik di masyarakat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tahun ini adalah uji coba. Jika peminatnya banyak, maka tentu akan ada tindak lanjutnya," ujar Gozali yang meyakini minat masyarakat terhadap kedua genre musik ini cukup besar.

Bertindak sebagai juri kompetisi ini, personel grup band J-Rocks, komposer Dian HP, pengamat musik Gideon Momongan. Ketiganya ditunjuk langsung oleh Disparbud.

Menurut Gideon, akustik sudah lama dikenal masyarakat, sejak era ’70-an, dalam bentuk vocal song ataupun country. Belakangan ini,  kehadiran duo vokalis dan gitaris pun semakin banyak.

Memainkan akustik jelas membutuhkan kemampuan dan teknik khusus, karena instrumennya berbeda dengan musik elektrik. Musik akustik kerap dikonotasikan minimalis, tanpa drum.

Para musisi akustik biasanya memainkan gitar petik dan drum kahoon  yang berbentuk persegi. Di sinilah letak tantangannya: mengubah ketukan drum dengan sebidang kotak kahoon.

“Musik akustik tidak berkonotasi ngamen,” ujar Dru mewakili J-Rocks. Selain menjadi juri, J-Rocks juga memberikan pelatihan atau coaching seputar pengetahuan rock, terutama yang berkaitan dengan attitude.

Nantinya, puluhan peserta yang mengikuti kompetisi ini akan diseleksi berdasarkan, “kreativitas, kekompakan, dan penampilan.” Demikian disampaikan Dian HP.

"Musik itu memiliki intepretasi luas, justru saya penasaran penafsiran dari grup rock akan seperti apa, jelas gitar listrik tidak ada," ujar Dian.

Kompetisi ini didauhului audisi yang diadakan di Cafe Tartine FX Sudirman di Senayan dan Pisa Cafe di Menteng. Acara final yang menampilkan aksi lima grup terpilih akan digelar di SMESCO Jakarta, besok (16/12), dengan bintang tamu grup vokal B3 dan J-Rocks.

Budaya Lokal dan Pengamen

Kehadiran kompetisi akustik yang mengangkat jazz dan rock ini, diakui Gozali, tidak akan menggerus budaya musik tradisional, khususnya Betawi seperti gambang kromong ataupun tanjidor.

"Kami sudah melakukan festival untuk musik tradisional dengan sasaran peserta adalah pelajar," ujar Gozali.

Minat anak muda terhadap budaya lokal memang tersaing oleh budaya barat. Namun tidak sedikit kelompok musik yang menggabungkan musik lokal dengan musik Barat.

Hal itu pun diakui oleh Gideon. Menurutnya, eksperimen dalam bermusik yang menggabungkan musik Barat dengan alat musik lokal semakin banyak. "Nah, yang perlu dibuat justru wadahnya, entah festival atau yang sejenis," ujar Gideon.

Akustik tidak hanya diminati kelompok musik yang biasa tampil di kafe, juga sering dinyanyikan oleh pengamen di sudut Ibu Kota. Keberadaan pengamen, menurut Dian HP, perlu dibuat wadahnya karena tidak jarang banyak yang memiliki bakat bermusik yang baik.

"Nanti akan coba kami buat wadah yang dapat mengakomodir pengamen pada tahun-tahun mendatang,” uajar Gozali.

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER