Jakarta, CNN Indonesia -- Biasa menjadi komedian yang lepas di depan kamera, kini Aming harus mampu mengarahkan pemain untuk berakting. Aming mengakui, banyak pengalaman unik dan berharga yang ia rasakan saat menjadi sutradara.
Pria berdarah Sunda itu sedang dalam proses menyutradarai film yang judul dan sinopsisnya masih rahasia. Tapi ditemui di kawasan Kemang, Jakarta, Selasa (16/12) Aming mau menceritakan pengalamannya.
(Baca juga: Komedian Aming Siap Menikah Tahun Depan)
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya lupa saat mau mulai, saya bilang, 'Siap,
camera rolling, action, cut!'. Aduh saya langsung diprotes pemain, katanya belum mulai sudah di-
cut," ujar Aming.
Ia memang tidak punya latar belakang sebagai sutradara. Aming hanya berusaha belajar sebanyak dan secepat mungkin agar dapat menghasilkan karya film terbaik. Ia juga menanamkan modal berupa percaya diri.
"Referensi saya itu Hanung Bramantyo, Joko Anwar, Nia Dinata. Dan ya, yang seperti itu," ujar pria bertubuh kurus itu.
(Baca juga: Tahun Depan, Aming Borong Tujuh Proyek Film)Ia juga membawa serangkaian pengalamannya akting dalam beberapa film untuk menjadi sutradara. Namun jika diminta menggarap serial, sosok yang populer lewat komedi situasi
Extravaganza itu menyerah.
"Aduh, kayaknya bukan saya banget jika membuat kisah sepasang remaja yang menjalin cinta dan bersama," ujar Aming.
Tapi menurutnya, sutradara bukan satu-satunya penentu kesuksesan film. Ia mengakui, film merupakan kerja tim. Tidak hanya ada di pundak sutradara semata, juga tergantung pada seluruh kru.
Sayang, Aming masih belum mau membocorkan kapan karyanya tampil ke publik. Ia kini masih disibukkan menjadi pemain dalam film gubahan
Richard Oh, Melancholy Is A Movement. Dalam film itu, ia tampil bersama Joko Anwar dan Fachri Albar.