Jakarta, CNN Indonesia -- London, Paris, Seoul. Tiga kota itu kini tak asing bagi masyarakat Indonesia. Bukan karena semakin banyak orang kita yang tinggal di sana. Kota-kota itu semakin banyak jadi latar belakang cerita di novel Indonesia. Jika bukan kisah tentang mahasiswa yang menempuh pendidikan di sana, maka soal traveler Indonesia yang menemukan cinta di Eropa atau Korea.
Merebaknya novel-novel berlatar luar negeri itu diakui editor fiksi Gramedia Pustaka Utama, Hetih Rusli. Ia menuturkan, novel seperti itu dibuat bukan hanya karena penulisnya sekadar sok keren. Lebih banyak, itu dipengaruhi perubahan budaya dan perkembangan teknologi. Kini, kata Hetih, ke luar negeri bukan lagi mimpi.
"Dulu orang tua kita ke luar negeri ribet banget. Kalau punya uang banyak baru ke luar negeri. Sekarang, semua serba mudah. Beli tiket gampang, hotel gampang. Itu membuat orang melihat dunia tanpa jarak," tuturnya dalam sebuah wawancara dengan CNN Indonesia di Jakarta, beberapa waktu lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tiket murah dan semakin membeludaknya agen-agen perjalanan wisata yang menawarkan paket serta harga hotel miring, mendukung itu semua. Ditambah lagi, kata Hetih, teknologi juga mendukung dekatnya hubungan orang Indonesia dengan orang asing. Kini berkawan karib dengan bule sudah menjadi hal biasa.
"Sekarang bisa kenal orang yang tinggal di London misalnya, terus kita liburan ke sana dan mampir tempat dia," ujar Hetih. Mengetahui suatu tempat, lanjutnya, penting untuk membangun detail latar sebuah novel. Jika belum pernah ke luar negeri atau setidaknya kenal dengan orang yang tinggal di luar negeri, tidak mungkin novel-novel Indonesia itu laris manis.
Tetapi penulis Andrei Aksana tidak mau terjebak dalam latar monoton itu. Ia justru menulis kisah yang sangat Indonesia dengan latar Ubud, sebuah desa di Bali. Buku terbarunya yang berjudul
Angin Bersyair itu, dijelaskan Andrei merupakan terobosan di tengah penulis lain yang mengekor tren kebarat-baratan.
(Baca juga: Andrei Aksana Bangga Novelnya Tak Kebarat-baratan)"Saya merasa, kenapa jarang penulis Indonesia yang mengangkat tentang negaranya, terutama tentang Ubud, malah penulis luar negeri yang mengangkatnya walaupun hanya berupa latar tempat. Saat itu saya berpikir, saya mau mengangkat Ubud," kata Andrei saat peluncuran buku di kawasan Senayan, Jakarta, Rabu (17/12).
Ubud justru muncul sebagai latar buku dan film
Eat, Pray, Love yang dibintangi Julia Roberts. Jika bukan barat, novel Indonesia sangat Jakarta-sentris. Itu yang membuat Andrei ingin hadir sebagai alternatif.