Jakarta, CNN Indonesia -- "Masih banyak kota yang belum ada bioskopnya," demikian diungkapkan Catherine Keng,
corporate secretary sebuah eksekutor tertua bioskop modern kepada CNN Indonesia, hari ini (22/12).
Sebagaimana diketahui, jumlah bioskop di Indonesia kini meningkat dengan hadirnya tiga eksekutor bioskop yang bermain di bisnis layar perak. Namun penyebaran bioskop belum merata di banyak kota di Tanah Air.
(
Baca Juga: Dilema Bioskop Indonesia dalam Gempuran Pesaing)
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejauh ini, jumlah bioskop di jaringannya ada di 145 lokasi di 33 kota dengan 758 layar. Dalam sudut pandang bisnis, potensi pasar bioskop di Indonesia, diakui Catherine, masih sangat besar.
Dengan semakin bertumbuhnya ekonomi daerah, banyak para kepala daerah yang membangun pusat perbelanjaan sebagai salah satu indikator: daerah yang dipimpinnya mengalami kemajuan ekonomi.
Hal ini cukup membantu dalam mengembangkan bisnis bioskop. Menurut Catherine, keberadaan
mall sangat membantu bioskop karena belum mampu memiliki bangunan sendiri.
"Kalau sendiri, biayanya terlalu besar," ia mengakui.
Pihak
mall pun berlomba-lomba merayu para pemilik jaringan bioskop untuk menjadi
tenant. Bagi mereka, bioskop dan pasar swalayan memiliki daya pikat yang menarik pengunjung dan pengusaha lain untuk menyerbu
mall.
Sebelum membuka lokasi baru, terlebih dulu pihaknya selalu meninjau berbagai aspek, dari target lokasi—seperti daya beli masyarakat—hingga budaya setempat, tak terkecuali keberadaan bioskop lokal.
"Kami enggan membuka bioskop baru jika bioskop lokal di sana berjalan cukup baik," ujar Catherine seraya menegaskan, pihaknya tidak menemui kendala dari pemerintah daerah setempat saat hendak membuka bioskop baru.
Catherine pun mengakui, perkembangan bisnis bioskop di Indonesia selama 2014 cukup baik, meningkat sepuluh persen dari tahun sebelumnya, dengan jumlah 60 juta penonton.
Pihaknya pun berencana memperluas jaringannya tahun depan di sepuluh hingga 15 kota yang belum ada bioskop modern, seperti Palu, Tanjung Pinang, Mataram, Singkawang, Padang, dan Karawang.
"Kami coba hadir di sebanyak mungkin kota di Indonesia, itu salah satu cara menjangkau konsumen dan bersaing dengan bioskop modern lain," ujar Catherine.
Lebih jauh ia mengungkapkan, “Kami senang ada pesaing baru, di satu sisi bisa menggarap pasar bioskop yang masih luas, di sisi lain adalah tangangan untuk kami.”
Dengan semakin menjamurnya bioskop di sejumlah kota praja, kesempatan bagi masyarakat pencinta film pun untuk mendapat pengetahuan baru sekaligus menyerap edukasi budaya pun semakin terbuka lebar.