EROTIKA DALAM NOVEL

Erotika, Penentu Larisnya Novel Indonesia?

CNN Indonesia
Selasa, 23 Des 2014 12:25 WIB
Benarkah erotika menentukan larisnya sebuah novel? Ada novel yang memang berjualan adegan vulgar. Tapi ada yang, tanpa itu pun bisa laku keras di pasaran.
Ilustrasi buku (Pixabay/condesign)
Jakarta, CNN Indonesia -- Adegan ranjang kini bukan hanya bisa ditemui di novel Barat. Literatur Indonesia juga merekamnya. Hetih Rusli, editor fiksi Gramedia Pustaka Utama menuturkan, sejak sekitar tahun 2004 sebenarnya adegan mesra semacam itu sudah ada dalam novel remaja-dewasa di Indonesia.

Menurut Hetih, semakin merebaknya novel dengan adegan mesra yang terkadang vulgar, disebabkan adanya pergeseran gaya hidup. Pergaulan sudah lebih bebas, dan fenomena seks di masyarakat sudah tak lagi menjadi hal tabu. Semuanya pun termaktub menjadi latar bagi novel dewasa ini.

Namun, adegan vulgar atau erotis ternyata bukan penentu laris manisnya sebuah novel. "Semakin banyak tulisan payudara dan paha? Tidak harus begitu juga," Hetih menegaskan. Menurut data Gramedia Pustaka Utama, novel yang paling laris justru Autumn in Paris karya Ilana Tan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Itu enggak ada kata vulgar. Ceritanya juga klise banget. Tapi itu paling laku. Mungkin sudah terjual sampai 100 ribu eksemplar," katanya menjelaskan. Di bawah itu, ada karya Ika Natassa yang dikenal lewat Antologi Rasa, Very Yuppy Wedding, Divortiare, dan Twivortiare. Lalu, ada pula penulis aliaZalea.

"Tidak harus memasukkan adegan vulgar. Dari tiga itu, yang ada adegan paling aliaZalea saja," Hetih berkata melanjutkan.

Namun, Hetih tak memungkiri bahwa ada kalanya pula pembaca mencari novel-novel yang berisi erotika. Novel terjemahan karya Sylvia Day, Bared to You atau yang diterjemahkan menjadi Terbuka Untukmu, termasuk laris manis.

Itu pertama kalinya Gramedia Pustaka Utama menerjemahkan novel erotis ke bahasa Indonesia. Ada label "Khusus Dewasa" di sampulnya. Ceritanya hampir selalu berkenaan dengan seks. Uniknya, buku itu dicetak sampai dua kali.

"Itu dari tahun 2013. Sekarang sudah cetakan kedua, yang buku pertama. Buku keduanya baru terbit. Nanti buku ketiga mau terbit lagi, yang pertama juga akan cetak ulang," ujar Hetih.

Pertama, buku itu dicetak lima ribu eksemplar. Cetakan kedua juga sejumlah itu. Ternyata, dalam waktu hampir setahun 10 ribu eksemplar buku ludes. "Itu artinya laku, 10 ribu dalam satu tahun. Kalau buku keduanya memang baru," ucap Hetih lagi, menambahkan.

Hetih memutuskan menerjemahkan buku yang dari edisi aslinya jelas tertulis untuk 'mature audience' itu, karena banyaknya permintaan. "Katanya bagus, jadi dicoba," ujarnya. Ternyata, candu hasrat Gideon Cross dan Eva Tramell itu juga disukai masyarakat Indonesia.

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER