EROTIKA DALAM NOVEL

Dapur Penerbitan 'Buka Pintu' untuk Adegan Vulgar

CNN Indonesia
Selasa, 23 Des 2014 13:00 WIB
Empat atau lima tahun belakangan novel menyajikan cerita yang mengumbar adegan percintaan yang terlalu mesra. Bahkan, itu dilakukan pasangan yang belum menikah.
Ilustrasi buku (Condesign/Pixabay)
Jakarta, CNN Indonesia -- Empat atau lima tahun belakangan, ada perubahan dalam diri novel-novel Indonesia. Beberapa cerita mengumbar adegan percintaan yang terlalu mesra. Itu bahkan tak segan dilakukan pasangan yang belum secara resmi terikat pernikahan.

Ada yang menceritakan perjuangan ibu tunggal membesarkan anak hasil hamil di luar nikah. Ada pula yang mengisahkan bagaimana perempuan dan laki-laki saling mendamba, sampai akhirnya berujung pada sentuhan mesra di ruang privat.

Diakui Hetih Rusli, editor fiksi Gramedia Pustaka Utama, cerita-cerita yang ada dalam novel merupakan cerminan dari dunia nyata. Ia tak memungkiri adanya pergeseran tren dan budaya di kehidupan zaman sekarang. Hal-hal seksual, katanya, bukan lagi hal tabu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ada keberanian di diri perempuan zaman sekarang. Perempuan-perempuan yang ada di novel itu tahu yang dia mau dan mengejarnya, termasuk soal seks. Perempuan sekarang tidak harus pasrah, nerimo. Di luar moral, itu kan sebagian cewek sekarang banget ya," ucap Hetih pada CNN Indonesia di kantornya.

Sebenarnya, adegan percintaan mesra yang bahkan mengarah ke vulgar, sudah ada sejak 2004. Namun Hetih melihat, lima tahun belakangan memang lebih gencar. Pergeseran tren di kehidupan nyata yang akhirnya terinterpretasi dalam novel, mengalir dengan sendirinya.

Di dapur penerbitan sendiri, Hetih menjelaskan, tidak ada perdebatan tentang itu. "Naskah yang masuk itu, penulis kan melihat tren. Fenomena yang dia lihat dan rasakan, dengan sendirinya masuk ke dalam cerita," ujar Hetih.

Namun, ada juga penulis yang benar-benar tidak mau memasukkan adegan-adegan mesra atau vulgar.

Pihak redaksi pun tidak serta-merta menayangkan vulgarisme tanpa sensor. Yang jelas, Hetih membatasi adegan mesra seperti berciuman atau bercinta di ranjang tidak diceritakan detail.

"Yang lebih ditonjolkan romansanya, adegan asmaranya yang indah itu," Hetih menerangkan. Sebab, pembaca novel bukan sekadar mencerna kata-kata, tetapi juga punya imaji yang harus dimanjakan. Cinta adalah hal tepat untuk itu.

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER