SECRET OF THE TOMB

Susahnya Menggarap Sekuel Film yang Sukses

CNN Indonesia
Rabu, 24 Des 2014 07:54 WIB
Film sekuel harus digarap sedemikian rupa agar tetap memiliki benang merah, namun lebih seru.
Owen Wilson, pemeran koboy Jedediah tampil lagi di 'Secret of Tomb' (Luke MacGregor/ Reuters Photo)
Jakarta, CNN Indonesia -- Menggarap sekuel memang bukan perkara mudah. Sineas harus meramu formula yang jitu, agar si sekuel mampu menangguk kesuksesan yang lebih baik dari film sebelumnya.  Kisahnya digarap sedemikian rupa agar tetap memiliki benang merah, namun lebih seru.
 
(Baca juga: 5 Daya Tarik Film Night at The Museum 3)

Dalam hal ini, rupanya sutradara  Shawn Levy agak kedodoran menggarap Night at The Museum:  Secret of The Tomb  yang merupakan sekuel kedua The Night At The Museum (NATM). Sangat disayangkan mengingat ini film terakhir Robin William, namun kedodoran di lima bagian ini:
 
1. Sir Lancelot Sedikit Lucu
 
Tokoh baru dalam NAM 3 ini adalah sosok legenda dalam sejarah Inggris. Bagi yang pernah mendengar kisah Raja Arthur dengan pedang Excallibur, pasti mengetahui ketokohan Sir Lancelot yang mashyur ini.
 
Sosok sang pejuang memang tampil selayaknya petarung tangguh saat melawan fosil Triceratops. Namun setelahnya, ia tak lebih dari tukang prosa gombal yang candaannya tidak lucu dan lama-lama membosankan.
 
2. Robin William Kurang Dominan
 
Film ini dibuat untuk mengapresiasi komedian kawakan Robin William, yang meninggal beberapa waktu lalu. Namun yang mengherankan, kehadiran sang aktor tidak terlalu dominan. Ia tak lebih dari sesosok patung yang tengah sekarat.
 
Perannya sebagai Teddy Roosevelt kurang menggigit, hingga film ini tidak terasa khusus dibuat untuk menghargainya sang aktor dan komedian legendaris. Meskipun tak melampaui ekspektasi awal, adegan pengujung cukup emosional.
 
3. Ben Stiller Berwajah Angker
 
Berperan sebagai penjaga museum Larry Daley, Ben Stiller memasang wajah angker saat bertugas sepanjang malam. Tak kalah serius mimik wajahnya, kala Larry memaksa keinginan agar anaknya melanjutkan pendidikan.
 
Pesan yang disampaikan Daley kepada anaknya, Nick Daley (diperankan Sykler Gisondo), pun terasa hambar. Beruntung ada sajian komedi dari karakter lain, seperti Dexter, si monyet capuchin yang sangat lucu.
 
4. Porsi 'Tersesat' Kelewat Banyak
 
Serial film ini memang menceritakan tentang kejadian-kejadian aneh nan fantastis di museum pada malam hari yang dijaga oleh Larry Daley. Pemicunya tak lain artefak ajaib peninggalan Akhmenrakh.
 
Namun kehadiran artefak tersebut terasa hanya sebagai sampingan. Karena yang mendapat porsi terbanyak justru adegan Daley dan kawan-kawan tersesat di museum. Padahal si artefak jauh lebih bisa 'bercerita' tentang sejarahnya yang pasti menarik.
 
5. Porsi Edukasi Kelewat Sedikit
 
Muatan edukasi sangat penting dalam film. Muatan ini disisipkan, hingga tanpa terasa penonton menyerap hal-hal baik dari adegan atau dialog yang ditampilkan. Sayangnya, muatan edukasi di seri ketiga ini kelewat sedikit.
 
Padahal seri pertamanya sarat sejarah tokoh-tokoh dunia. Seri keduanya, Battle of the Smithsonian, pun dijejali detail museum dan teknologi canggih. Namun di Secret of The Tomb, Shawn Levy kedodoran menyajikan porsi edukasi Sir Lancelot dan artefak lainnya.



ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER