Jakarta, CNN Indonesia -- Gonjang-ganjing peretasan Sony Pictures membuat film
The Interview sukses besar. Menurut data perusahaan yang dilansir Reuters, film
The Interview meraup lebih dari US$ 15 juta atau Rp 186 miliar dari penjualan
online, dan US$ 2,8 juta atau Rp 34,8 miliar dari tiket bioskop.
Itu hasil yang menakjubkan, mengingat banyak serangan terjadi sebelum film itu dirilis. Seperti diketahui, film yang dibintangi Seth Rogen dan James Franco itu sempat tak jadi diputar karena ancaman peretas. Diduga, itu dilakukan pihak Korea Utara, sebab film itu memarodikan pemimpin mereka, Kim Jong Un.
Namun berkat publik Amerika, artis Hollywood, dan Presiden Barack Obama yang angkat bicara, Sony memutuskan menayangkan film itu. Natal lalu,
The Interview tayang perdana. Nyatanya, film itu dibeli lebih dari dua juta kali secara
online hanya dalam waktu empat hari. Itu menjadi film terlaris Sony secara
online.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Itu angka yang besar," kata Jeff Bock, seorang analis
box office. Ia melanjutkan, "Ini seperti yang akan terjadi di teater sebelum Sony memutuskan menariknya. Itu memenuhi ekspektasi publik, tapi dengan cara yang berbeda."
Laris manisnya film
The Interview mendapat respons dari Korea Utara. Dalam sebuah pernyataan yang dikutip Digital Spy, negara yang dikuasai militer itu menyebut
The Interview sebagai film yang tidak benar dan menjatuhkan martabat pemimpin Korea Utara, serta mendorong aksi terorisme.
"Obama adalah kepala negara yang jahat, dengan memaksa Sony Pictures Entertainment untuk mendistribusikan film tanpa pandang bulu," ujar Komisi Pertahanan Nasional Korea Utara. "Obama selalu sembrono dalam perkataan dan perbuatan," ujar lembaga yang sama. Korea Utara juga membantah bertanggung jawab atas peretasan Sony, serta pemadaman akses internet AS.