Jakarta, CNN Indonesia -- Trio
The Raid--Iko Uwais, Yayan Ruhian, dan Cecep Arif Rahman--digadang-gadang akan ikut bermain dalam
Star Wars: The Force Awakens. Belum jelas peran apa yang akan mereka mainkan. Tapi yang jelas, ketiganya akan memberi warna baru dalam pertarungan fisik di film garapan sutradara J.J. Abrams itu.
Meski konfirmasinya belum dipastikan, bahkan Iko belum berani memberi berbicara jelas soal itu, keterlibatan mereka sudah menjadi perbincangan hangat di media lokal maupun asing. Jelas, mereka akan mengharumkan nama Indonesia di mata dunia, khususnya bidang film.
Namun jauh sebelum Iko cs, sebenarnya sudah ada selebriti Indonesia yang membawa nama bangsa ke ranah internasional. Berikut nama-nama mereka, yang dirangkum CNN Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pertama melihat Sersan Jaka di film The Raid, penonton mengernyitkan dahi. Siapa sosok ini? Sekilas seperti Daniel Mananta, tetapi jelas bukan mantan VJ itu. Ia adalah Joe Taslim, atlet judo yang banting setir ke dunia film.
Meski akhirnya tumbang dihajar Mad Dog (Yayan Ruhian), Joe sempat menampilkan akting nan memukau. Itulah yang membuatnya dilirik produser Hollywood. Setahun setelah The Raid muncul, Joe ikut bermain dalam film Fast & Furious 6 bersama Vin Diesel dan Paul Walker.
Kemunculannya memang hanya beberapa menit. Tapi ia juga cukup memesona. Dengan tank, Joe menghancurkan banyak mobil dalam adegannya.
"Mimpi saya jadi kenyataan. Saya nonton Fast & Furious pertama sampai ketiga, enggak nyangka akhirnya bisa ikut main juga," tuturnya dalam sebuah wawancara, tak lama setelah pulang syuting Fast & Furious 6 di Amerika.
Setelah itu, Joe juga disebut-sebut bakal ikut bermain di The Expendables 3 bersama Sylvester Stallone. Namun, ternyata ia tak terlibat. Meski begitu, ia tetap rajin ikut casting film Hollywood. Bermain di industri film itu sudah menjadi impiannya sejak kecil.
"Saya ikut audisi terus. Belajar lagi, kalau gagal coba lagi," ucapnya. Ia tak ragu mengulang akting yang dirasanya jelek. "Kalau perlu seribu kali saya coba," ujarnya lagi.
Joe menyadari, ia bukan aktor Hollywood. Ia harus bersaing dengan ribuan orang untuk ke sana. Tapi, ia tak ragu untuk terus mencoba. Apalagi demi mengharumkan nama Indonesia. "Kemarin porsi perannya memang masih sedikit. Tapi enggak menutup kemungkinan dapat yang lebih besar," kata Joe optimistis.
Karakter wajah yang sangat Indonesia membuat Ario Bayu diajak bermain dalam film yang dibuat untuk HBO Asia. Dead Mine. Filmnya itu diputar di delapan negara, termasuk Afrika Selatan, Kanada, Amerika Serikat, Australia, Filipina, Inggris, dan Indonesia. Ia terlibat bersama Joe Taslim, Mike Lewis, dan Bang Tigor.
Selebriti asing yang ikut bermain, antara lain Miki Mizuno, San Hazeldine, Les Loveday, Carmen Soo, dan Jimmy Taenaka. Dead Mine digarap oleh sutradara Inggris, Steven Sheil.
Selain Dead Mine, Ario juga pernah ikut bermain bersama aktor Hollywood dalam Java Heat. Garapan Conor Allyn yang mengambil latar Candi Borobudur itu turut menampilkan Mickey Rourke dan Kellan Lutz. Java Heat juga diputar di Amerika. Meski diragukan, Ario akhirnya dipuji.
"Para casting agency di Hollywood awalnya meragukan. Tapi mereka bisa menyamai aktingnya. Justru bintang Hollywood yang harus menandingi akting mereka. Siapa pun yang menonton film ini pasti akan bertanya, siapa itu," ujar Rob Allyn, penulis skenario Java Heat saat berkunjung ke Indonesia, sembari menunjuk Ario.
Ia jadi Letnan Hashim, pentolan Detasemen 88.
Dipuji demikian, Ario jelas senang. Ia memang merasa tertantang untuk menampilkan performa terbaik saat harus bersanding dengan selebriti Hollywood. "Kita harus kasih lihat, 'Hei, kami orang Indonesia yang dipandang oleh mata industri Hollywood!' Level kami harus sama atau lebih tinggi," katanya menuturkan.
Terlibat di banyak film asing memang menjadi cara sosok yang sempat tinggal di Selandia Baru itu, untuk go international membanggakan Indonesia. Ia bahkan berpikir untuk memiliki agen di sana, demi melancarkan mimpinya terlibat di dunia film Amerika.
"Saya kepikiran untuk punya agen di Amerika, haha," ucapnya sembari berseloroh. Menurut Ario, Indonesia sebenarnya sangat potensial untuk mengembangkan ruang industrinya ke ranah internasional. Buktinya, banyak film kita yang berjaya di festival-festival dunia.
Melanjutkan pendidikan di New York merupakan salah satu jalan Cinta Laura mendekatkan diri pada dunia Hollywood. Selain menjadi tokoh dunia seperti Sri Mulyani, aktris cantik berdarah Jerman itu juga ingin menekuni dunia akting yang sudah dirintisnya sejak remaja.
Jalan Cinta mulai terbuka saat ia berkesempatan terlibat dalam film The Philosophers yang disutradarai John Huddles. Dalam film yang juga tayang di Amerika itu, Cinta memerankan Utami, pelajar dari Indonesia yang ikut kuliah filosofi bersama 19 pelajar dari seluruh dunia.
Mereka diminta membayangkan masuk ke dunia lain setelah terjadinya bom nuklir. "Ada bunker yang hanya bisa menampung 10 orang saja. Makanya dari 20 murid itu terpaksa saling bunuh untuk bertahan hidup. Filmnya benar-benar keren dan menegangkan," kata Cinta menceritakan.
Ia melanjutkan, pengambilan gambar film itu kebanyakan di Indonesia, termasuk Jakarta, Bromo, Candi Prambanan, dan Belitung. Sisanya, dituntaskan di Universal Studio Los Angeles, di sela waktu libur kuliah Cinta.
Selain terlibat di film itu, ia juga rajin mengikuti casting film Hollywood. Cinta bahkan pernah ikut casting film Les Miserables yang dibintangi Anne Hathaway. Sayang, untuk tokoh yang ia incar, Cinta kalah pamor dengan Amanda Seyfried, aktris ternama Hollywood.
Meski begitu, Cinta tak putus asa. Demi merujudkan mimpinya menembus Hollywood ia kini mengambil kelas akting intenstif di Los Angeles. Aktris yang identik dengan logat bule itu berkisah, kelas akting yang ia jalani memakan waktu 18 jam per minggu. "Di sana, aku harus baca satu skrip setiap hari," ujarnya.
Baru dua bulan berlatih, ia merasa kemampuan aktingnya meningkat. Namun, Cinta masih butuh banyak hal untuk menjadi benar-benar bagus. "Perlu 10 ribu jam untuk bisa jadi expert, aku baru dedikasi 100 jam," katanya saat diwawancara CNN Indonesia, beberapa waktu lalu.
Eat, Pray, Love bukan hanya menampilkan keindahan alam Ubud, Bali, Indonesia. Film Hollywood yang dibintangi Julia Roberts itu juga melibatkan aktris senior Indonesia, Christine Hakim. Ia bermain sebagai Wayan, tabib tradisional Bali. Meski hanya satu scene, adegan Christine penting. Ia benar-benar beradu akting dengan Julia secara langsung.
Dalam sebuah wawancara, Christine mengakui adegannya sempat menegangkan. Sebab, Julia tak tahu bakal syuting bersama selebriti Indonesia seperti dirinya. Beruntung, itu selesai dalam satu take. Usai itu, mereka tak berinteraksi sama sekali. Tatap mata pun tidak.
"Saya paham posisinya. Kami bertemu di suasana kerja. Bujet film ini US$ 75 juta, tanggung jawabnya berat. Dia harus tampil sempurna dan profesional," kata Christine mengomentari sikap Julia. Meski begitu, Christine tetap bangga karena dunia perfilman mulai melirik Indonesia. Ia bahkan diminta menemani Julia saat pemutaran perdana Eat, Pray, Love di Big Apple, New York, pada 10 Agustus 2010.
Mencicipi dunia Hollywood tidak membuat Christine besar kepala. Ia bahkan tak mau terlena mentang-mentang sudah pernah berbagi layar dengan Julia. Keterlibatan Christine di Eat, Pray, Love memang tak dengan upaya berat. Ia tak pernah menduga akan diajak ikut serta.
Mulanya, Christine hanya sedang berada di Bali dan kru Eat, Pray, Love kesulitan izin syuting. Bintang film Pasir Berbisik itu pun membantu. Ternyata, sutradara Ryan Murphy memintanya memerankan Wayan. Ia pun menganggapnya kesempatan besar. "Saya hanya diberi waktu tiga hari untuk persiapan dan saya memaksimalkan itu agar tidak membuat malu," katanya.