FILM HIJAB

Warna-warni Perempuan Berhijab di Persimpangan

Rahmi Suci | CNN Indonesia
Kamis, 15 Jan 2015 08:54 WIB
Sutradara Hanung Bramantyo menggarap film Hijab tentang perempuan-perempuan di persimpangan yang tak berdaya dengan pilihan-pilihan mereka sendiri.
Para pemeran film Hijab arahan sutradara Hanung Bramantyo. (Dokumentasi: Dapur Film)
Jakarta, CNN Indonesia --

Hijab erat kaitannya dengan ketakwaan. Setidaknya itulah yang terlintas dalam benak sebagian besar masyarakat Indonesia, negara berpenduduk mayoritas pemeluk agama Islam. Takwa dipandang sebagai sikap yang tercermin dalam diri pemakai hijab sehingga tidak jarang banyak yang lupa bahwa perempuan berhijab juga manusia. Mereka bisa salah.

Film Hijab garapan sutradara Hanung Bramantyo adalah film yang jujur menampilkan fenomena perempuan berhijab. Film ini merekam realitas perempuan berhijab yang sedang berproses untuk jadi pribadi yang lebih takwa. Mereka bisa khilaf pada awalnya, lalu belajar dari kesalahan.

Film Hijab tidak dapat dikatakan mampu mewakili seluruh perempuan berhijab di Indonesia. Film Hanung yang ke-18 ini hanya memotret fenomena hijab modis di kalangan masyarakat Indonesia. Melalui film ini, Hanung merekam secara jujur realitas yang agaknya benar-benar terjadi dekat dengan penontonnya.

(Baca Juga: Ada 'FPI' di Film Terbaru Hanung Bramantyo)

Hijab memang diangkat dari kisah nyata yang dialami oleh istri sang sutradara, Zaskia Adya Mecca yang juga memproduseri film ini, saat membuka usaha butik hijab bersama rekan-rekannya. Selain memproduseri film pertamanya ini, Zaskia pun turut bermain dalam film.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Zaskia (Sari) bersama-sama dengan Carissa Putri (Bia), Natasha Rizky (Anin), dan Tika Bravani (Tata) dikisahkan sebagai perempuan-perempuan yang membuka butik untuk menambah penghasilan. Selain Anin, ketiga tokoh lain adalah perempuan bersuami yang berjilbab dengan gaya berbeda-beda.

(Baca Juga: Obsesi Buat Zaskia Mecca Lebih Seksi)

Bia adalah istri pemain sinetron terkenal bernama Matnur (Nino Fernandez). Bia memiliki bakat merancang busana. Tata adalah istri seorang fotografer, Ujul (Ananda Omesh). Mantan aktivis semasa kuliah itu berjilbab model turban.

Sedangkan Sari yang berjilbab syar'i adalah istri pria keturunan Arab, Gamal (Mike Lucock), yang amat kolot dan ketat dalam urusan agama. Hanya Anin yang masih enggan menikah dan tidak berjilbab. Perempuan penggila Paris itu berpacaran dengan Chaky (Dion Wiyoko), seorang sutradara film kontroversial.

Demi lebih mandiri secara finansial, keempat sahabat karib itu membuka bisnis hijab online. Bisnis dijalankan secara diam-diam, tanpa sepengetahuan para suami. Bia merancang busana, Sari mengelola keuangan, serta Tata dan Anin mengurus penjualan. Dalam kurun tiga bulan, bisnis meroket dan untung besar.

Sebaliknya, konflik menyeruak di rumah tangga mereka. Para suami yang merasa penghasilannya tersaingi pun gusar. Puncaknya, mereka pergi meninggalkan rumah dan istri mereka.

Secara keseluruhan, film bergenre drama keluarga ini menampilkan polemik istri yang bekerja. Meminjam istilah sang sutradara, film ini menyajikan permasalahan perempuan muslim Indonesia yang selalu berada di persimpangan, antara kultur, agama, dan aktualisasi diri.

"Untuk jadi modern seutuhnya perempuan muslim Indonesia ditarik oleh kultur dan agama. Menjadi konservatif, dia pemalu karena takut ketinggalan zaman. Jadi selalu berada di persimpangan." kata Hanung saat pemutaran perdana filmnya, Senin (13/1).

Meski judul film terkesan religius, film ini jauh dari kesan serius. Dia justru humoris dan rasanya mampu dinikmati oleh selain umat muslim. Selama sekitar satu jam pertama, penonton akan disuguhkan komedi yang menghibur.

Di awal film, Sari dan sekawan akan hadir menceritakan alasan berhijab dan kisah asal mula bertemu lalu menikah dengan suami masing-masing. Alasan perempuan berhijab tidak melulu karena mereka sadar hijab adalah perintah agama.

Film ini jujur dan berani menampilkan beragam alasan perempuan berhijab, yang boleh jadi akan membuat Anda geleng kepala namun mengangguk dalam hati bahwa di kehidupan nyata memang ada realitas yang demikian.

Tidak hanya itu, setelah berhijab, perempuan muslim yang diwakilkan oleh Sari sekawan dalam film ini juga ditampilkan masih banyak khilaf. Utamanya, saat mereka tidak jujur pada suami.

Cerita bergulir dan konflik pun datang menerjang. Usai dihibur, penonton dibuat haru oleh kisah perempuan-perempuan di persimpangan yang tak berdaya dengan pilihan-pilihan mereka sendiri. Akan tetapi, hidup terus berjalan, pilihan tetap harus dijatuhkan.

Tidak seperti film-film Hanung terdahulu yang "menampar" kalangan konservatif, seperti film ? atau Perempuan Berkalung Sorban. Adanya sentuhan sang istri di film ini tampaknya membuat Hanung lebih halus, hanya menggelitik.

Terlepas dari sejumlah adegan atau isu yang kontroversial, film Hijab begitu berwarna. Akting para pemain sangat prima dan alami. Seolah mereka adalah sahabat dan keluarga sungguhan.

Film Hijab akan ditayangkan di bioskop-bioskop mulai 15 Januari ini.

(vga/vga)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER