Jakarta, CNN Indonesia -- Hari ini 16/1) film
Blackhat tayang di bioskop. Film garapan Michael Mann yang mengisahkan kerja sama tim China dan AS dalam menggempur penjahat siber ini dibintangi Chris Hemsworth, juga Viola Davis, Wei Tang dan Wang Lee Hom. Rilis Blackhat sangat pas dengan isu belakangan ini, serangan siber terhadap jaringan internet Sony Studio.
Demi memerankan peretas siber Nicholas Hathaway di film ini, Hemsworth melakukan riset. Tak tanggung-tanggung, ia bergaul dengan ahli siber, Cybercrime Technical Advisor Michael Panico serta Hacking Consultants Kevin Poulsen dan Chris McKinlay. Hal ini tentu saja tak terlepas dari mandat sang sutradara.
“Sehari-hari saya tidak banyak bersinggungan dengan dunia siber-digital,” Hemsworth kepada laman Collider. Saya pun tertarik mempelajarinya. Apalagi belakangan ini kejahatan siber sedang marak.” Bergaul dehan McKinlay dan Panico membuat Hemsworth melek kode pemrograman, sementara Poulsen membaginya pengalaman nyata sebagai peretas black hat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Diakui Hemsworth, Panico cs tak hanya membuatnya bisa menulis kode pemrograman, juga memahami otak komputer. “Ini benar-benar hal baru bagi saya, sangat mengesankan,” ia berseru, antusias. “Orang-orang dengan intelegensi tinggi adalah kekuatan saat ini. Bukan hanya di dunia kriminal, juga di mana-mana.”
Ternyata bukan hanya Hemsworth yang antusias dengan peran Hathaway. Sejak pertama kali Mann bertemu Hemsworth di Costa Rica, sang sutradara kawakan pun merasa antusias. “Kami membicarakan banyak hal. Dia mengaku tak tahu apa-apa soal siber. Tapi dalam hati saya berkata, ‘Ini dia orangnya. Ini dia orangnya.’”
Selain memperkenalkan Hemsworth dengan para ahli siber, Mann juga mempertemukan sang aktor dengan pelatih dialek (Chicago) serta mengajak sang aktor mengunjungi penjara. Mereka berbincang sekaligus mengobservasi perilaku narapidana. Hathaway memang digambarkan sebagai mantan narapidana terkait kasus kejahatan siber.
Tak hanya mempertemukan Hemsworth dengan orang-orang nyata, Mann juga membawa para pemain dan kru film ber-genre kejahatan siber ini ke lokasi-lokasi nyata. Tak kurang 70 lokasi di tiga negara, termasuk Jakarta, Indonesia. Tepatnya, di kawasan Sunda Kelapa, Tanah Abang dan Lapangan Banteng. Tujuan Mann melakukan semua ini demi menyuguhkan isu autentik kepada pemirsa.
“Kini, warga dunia terkoneksi satu sama lain, dan penjahat siber ada di mana-mana seperti hantu,” kata Mann kepada laman Collider. Demi menggambarkan warga dunia yang saling terkoneksi, Mann menggunakan lokasi nyata. Alasannya, “Lokasi adalah medium visual yang membawa jiwa memasuki kehidupan. Lokasi tak bisa diwakilkan oleh green screen atau efek visual.”
Hemsworth sama sekali tak keberatan memenuhi permintaan Mann untuk melanglang ke sana ke mari, termasuk Jakarta, demi Blackhat. Ia pun setuju alasan Mann bahwa lokasi harus nyata, dan sebagai aktor, dirinya harus bisa merespon lokasi. “Di lokasi ada pemandangan, suara dan aroma khas. Tak bisa ditutup-tutupi, semua ada di sana.”
“Saat syuting di suatu lokasi yang bising, seorang kru menyarankan pindah, tapi Mann menolak. Menurutnya, di tempat lain tidak akan mendapatkan suara yang sama, sekalipun bising,” kata Hemsworth yang demi film ini berlatih lari, treadmill dan martial arts. “Mann boleh saja memperkenalkan saya dengan banyak pelatih. Tapi bagi saya, pelatih sejati adalah Mann.”
(vga/vga)