EFEK BURUK MANGA

Komik Online Bisa Diakses Semudah Film Biru

Rahmi Suci Ramadhani | CNN Indonesia
Senin, 19 Jan 2015 14:40 WIB
Komik asing kini bisa diakses semudah menjentikkan jari. Dunia maya menyediakan banyak sumber. Bahasa bukan lagu kendala. Padahal, komik itu tanpa sensor.
Ilustrasi mencari komik secara online (Pixabay/kropekk_pl)
Jakarta, CNN Indonesia -- Manga sangat mendominasi dunia. Di negara asalnya, Jepang sepertiga dari buku yang terbit tiap tahunnya adalah manga alias komik. Yang luar biasa, menurut Hikmat Darmawan, pengamat komik dan budaya populer, penerbitan buku bisa melebihi jumlah penduduk Jepang. Itu sebabnya masyarakat Jepang gandrung baca buku.

"Tahun 2010 sampai 2011, di Jepang terdapat sekitar 80 ribu mangaka, atau pembuat manga yang aktif," ujarnya saat dihubungi CNN Indonesia melalui telepon, Senin (19/1).

Di Indonesia, sejak tahun 1990-an manga juga merajalela. Komik Jepang itu bahkan menggeser industri cerita bergambar lokal maupun Barat. Manga di Indonesia mendapat tempat di hati remaja laki-laki maupun perempuan. Baru-baru ini, bahkan ada manga yang khusus dewasa.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ceritanya lebih dewasa, seperti detektif, konspirasi, seks, dan kekerasan," ujar Hikmat menyebutkan. Meski isinya mengkhawatirkan, idealnya tidak ada yang perlu ditakutkan karena penerbit biasanya menyensor dengan ketat.

Masalahnya, banyak penerbitan liar yang beredar. Itu berbahaya, karena biasanya tanpa sensor. "Sekitar tahun 1990-2000, banyak beredar penerbitan yang tidak resmi. Biasanya isinya dewasa, ada adegan seks. Mulai dari yang senggol hingga eksplisit," ujar Hikmat.

Ia melanjutkan, biasanya komik semacam itu didistribusikan lewat kios koran yang nakal atau lapak-lapak buku ilegal di dekat kampus.

Pipin Tobing, ilustrator sekaligus penggemar komik menambahkan, penerbit ilegal itu biasanya mendapat sumber dari internet. "Lebih susah untuk filter karena komik bisa diunduh dari online. Jadi dia ambil dari internet, dan diterbitkan sendiri. Sehingga kualitas yang diterbitkan sulit dikontrol," ujar Pipin pada CNN Indonesia, saat dihubungi, Senin (19/1).

Maraknya komik online juga membuat was-was orangtua. Sebab, itu bisa diakses siapa pun, termasuk anak. Tanpa orangtua untuk mengawasi dan membimbing, anak-anak bisa mencontoh apa pun dari internet, termasuk seks dan kekerasan.

"Apalagi anak-anak sekarang, bahasa Inggrisnya sudah lumayan," ucap Pipin. Komik online yang berbahasa asing pun bukan lagi masalah. Dengan internet, kata Hikmat, akses mendapatkan manga tanpa sensor sama mudah dengan mengunduh film biru, musik bajakan, serta adegan kekerasan.

Menurutnya, yang patut disalahkan bukan manga itu sendiri. Bukan pula jalur distribusi nan ilegal. Baginya, komik hanya media menyampaikan pesan. Setelah sampai pada si penerima, tergantung mau dijadikan apa.

(Baca juga: Komik yang Tak Lagi Hanya untuk Anak dan Remaja)

"Media itu pisau, bisa dimanfaatkan untuk memotong bahan masakan bisa juga dipakai menusuk. Apakah dengan begitu semua pisau haris dilarang masuk dapur kita?" ia memberi analogi.

Jika ingin aman, ia menyarankan agar konsumen manga berkumpul dengan orang lain untuk saling bercerita. Misalnya, dengan orangtua. Ditambahkan Pipin, pengawasan memang memegang peran penting meminimalisasi dampak negatif.

"Kalau di Jepang, topik atau alur cerita manga sudah maju. Ada kasus-kasus pertarungan, dan sebagainya. Hampir semua bidang telah dieskplorasi. Komik bagi yang dewasa juga ada yang bertema pornografi. Tinggal kembali ke bagaimana kita mengawasi dan menyarankan ke anak mana komik yang pantas untuk dibaca," ucap Pipin menuturkan dengan bijaksana.

(rsa/utw)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER