KISRUH TAMAN ISMAIL MARZUKI

Ivan 'Slank': Budaya, Permata yang Harus Dijaga

Endro Priherdityo | CNN Indonesia
Kamis, 15 Jan 2015 12:25 WIB
Sejumlah tokoh, seniman dan budayawan suarakan Taman Ismail Marzuki sebagai wadah kreasi seni budaya yang wajib dijaga dan dikelola dengan baik.
Sebuah karnaval yang digelar di Taman Ismail Marzuki. Wadah kreasi seni budaya ini harus dikelola dengan baik. (CNNIndonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Sebagai telah diberitakan sebelumnya, keputusan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta menjadikan Pusat Kesenian Jakarta-Taman Ismail Marzuki (PKJ-TIM) di bawah naungan Unit Pelaksana Teknis menuai kontroversi dari kalangan budayawan dan seniman.

(Baca Juga: Gonjang-ganjing Nasib Taman Ismail Marzuki)

Sejumlah tokoh, seniman dan budayawan pun bersatu untuk menyuarakan isi pikiran. Intinya, menolak segala bentuk usaha Pemprov DKI menjadikan TIM sebagai kawasan komersial melalui retribusi yang membebankan para seniman, dan menolak keberadaan kepemimpinan TIM di bawah pejabat non-seniman.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Budaya itu landasan pola pikir. Baiknya kita punya landasan yang sama. Kita ingin bangsa kita menjadi besar, makanya budaya itu penting,” kata Meutia Hatta. “Salah satu pengembangan budaya, yang terpenting adalah wadahnya seperti TIM.”

Dalam pandangan Meutia, TIM merupakan wadah pengembangan bangsa, dan untuk itu, perlu dikelola dengan baik. “Kita tidak boleh melupakan pembangunan budaya, karena seharusnya lebih tinggi dari ekonomi politik.”

Ivan “Slank” pun menyampaikan pernyataan senada, “Budaya adalah intan permata yang harus terus dijaga, dirawat.” Menurutnya, budaya adalah aset. Indonesia lebih dikenal lewat budayanya, bukan prestasi olahraga, apalagi pemerintah yang bersih.

TIM, dalam pandangan, peneliti senior LIPI Siti Zuhro, adalah rumah seniman. TIM tak ubahnya wadah yang menampung ide kreatif seniman. Bila ada gejolak di kalangan seniman, maka hal tersebut dipicu oleh kesalahan pemerintah juga.

“Banyak sekali sebenarnya yang salah ketika mengelola ekonomi. Bukan mengambil ekonomi dari budaya, tetapi menerapkan budaya dalam berbagai sektor,” kata ekonom Hendri Saparini. “Saya rasa, pengelolaan TIM harus lihat yang cocok dengan budaya di TIM.

Komunikasi dan kerja sama yang baik antara seniman dan pemerintah merupakan solusi kekisruhan ini. TIM harus difungsikan kembali untuk meningkatkan pendidikan budaya Indonesia. Idealnya, menurut Meutia, “terlebih dulu pahami prinsip pengembangkan budaya itu sendiri.”
 

(vga/vga)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER