Jakarta, CNN Indonesia -- Jauh sebelum stasiun televisi swasta lokal mengemas program
stand up comedy, Iwel Wel sudah mengawali aksi komik di sejumlah kafe di Jakarta, dari kawasan Kebayoran, Kuningan sampai Kemang.
Ketertarikannya menjadi pelawak solo atau komika (
comic) dipicu oleh aksi kocak Jerry Seinfeld dan Bob Hope yang kerap ditontonnya di televisi, era 1997.
Ketika itu, Iwel Wel masih tergabung dalam sebuah grup lawak, yang kemudian bubar. Dari kawannya, Diaz Hendropriyono, barulah ia tahu aksi melawak solo itu disebut
stand up comedy.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bergerilya SendiriDiakui Iwel, sekitar dua dekade lalu, tidak banyak orang yang
ngeh aksi
stand up comedy. Saban dirinya beraksi di kafe-kafe, reaksi penonton beragam, ada yang tertawa dan ada juga yang tak acuh.
“Sibuk pacaranlah dan sebagainya,” katanya. Tak gentar, ia membuat gebrakan: menggelar pementasan
stand up comedy pertama oleh orang Indonesia di Gedung Kesenian Jakarta, pada 2004.
Demi mendatangkan penonton, ia bergerilya membikin milis dengan cara mengumpulkan alamat surel kawan-kawannya. Lumayan, aksi debutnya dipirsa sekitar 300-400 orang.
Tentu saja, bukan perkara mudah bagi Iwel untuk menarik perhatian massa. Sekalipun
stand up comedy sudah merebak di Indonesia, sejak 2000, namun komika dan pelakunya masih didominasi Barat
Beruntung, aksinya dilirik beberapa stasiun televisi swasta. Ia pun menggarap sejumlah acara lawak tunggal. Saat acara serupa ditayangkan Metro TV dan Kompas TV barulah orang
ngeh stand up comedy.
Jangan Tren SesaatJadi komika, Iwel berpeluang keliling Indonesia. “Cuma Papua belum pernah,” ia mengaku. Sejauh ini, ia belum pernah menggelar tur tunggal, karena butuh persiapan lebih besar.
Sekalipun kini
stand up comedy tengah marak, ia tak ingin gegabah asal tampil demi mengikuti tren. “Jika tidak hati-hati mengatur
stand up comedy, ini akan jadi tren sesaat,” katanya.
Satu hal yang menyulitkan komika Indonesia berkembang adalah ketiadaan panggung
live. Berbeda halnya dengan Amerika Serikat di mana aksi
stand up comedy mengakar dari panggung ke panggung.
Tanpa panggung
live, komika Indonesia sulit bertahan lama. Apalagi tak ada jaminan keberlangsungan acara
stand up comedy di stasiun televisi swasta.
Saat ini, Iwel tak ingin
ngoyo tampil di televisi. Ia lebih memilih tampil di panggung-panggung di daerah dan memanfaatkan media sosial seperti YouTube untuk beraksi.
Bayaran SelangitIwel punya alasan tersendiri tidak mau tergesa-gesa tampil di televisi. Salah satu alasannya, penghasilan manggung secara
live di panggung jauh lebih besar ketimbang di layar kaca.
Ia mencontohkan Seinfeld yang ditabalkan Majalah Forbes sebagai komedian terkaya sekalipun sudah jarang tampil di televisi. Penghasilan terbesar diperolehnya dari aksi
off air.Pria kocak ini yakin, bila panggung
live diperbanyak di kafe-kafe, komika bisa mengasah kualitas lawakan sekaligus menambah penghasilannya: sekitar Rp 3-10 juta per 15 menit aksi.
Terlepas dari soal honor, satu hal yang menurut Iwel penting dimiliki komika adalah bersikap netral, tak berpihak pada siapa pun. “Saya ini non blok,” katanya. “Nge-geng itu gara-gara ego.”
Hal lain yang tak kalah penting: mempelajari teknik
stand up comedy secara benar, bukan asal melawak. Sebaiknya komika juga membuka wawasan agar menyerap pembelajaran yang lebih baik.
Rela Kerja KerasSekilas, kerja komika terlihat santai hanya sebatas melucu. Padahal, diakui Iwel, komika juga bekerja keras, dari menulis naskah hingga mengemas performanya.
“Jika kita sudah mengambil suatu bidang sebagai profesi maka kita harus rela kerja keras dan mempertahankan profesi tersebut untuk tetap ada,” katanya.
Eksistensi perlu, bukan semata memberikan inspirasi, juga menegaskan keberlangsungan
stand up comedy, agar tak jadi tontonan yang lekas punah atau kehilangan daya tarik.
Demi keberlangsungan ini, Iwel mengatur strategi. Bukan hanya memoles materi lawakan dan penampilan diri sendiri, juga komika muda lain. Yang penting, materinya tidak jorok, apalagi murahan.
“Jangan yang terlalu keseharian banget, kayak kotoran, buang air, pacaran anak muda,
cabe-cabean atau
alay-alay,” katanya. “Materi tidak usah berat-berat. Sebenarnya bisa dari hal-hal sederhana.”
Tertarik jadi komika? Ikutin tips stand up comedy dari Iwel ini:1. Lakukan riset dan strategi panggung sebelum tampil, cari tahu calon pemirsa agar materi lawakan
nyambung.
2. Bila terlupa materi saat tampil di atas panggung, lakukan
riffing atau improvisasi, berinteraksi dengan pemirsa.
3. Kelompokkan materi per kategori dan urutannya. Misalnya, pertama, olahraga; kedua, sosial; dan seterusnya.
4. Komika harus bisa menulis
joke yang baik dan lucu. Jadi siapkan naskah dengan sebaik-baiknya.
5. Naskah dibuat dua pekan sebelum pentas. Dicicil satu
bit atau satu humor per hari, lalu diedit dan disatukan.
6. Strategi saat manggung: pada menit-menit awal, gunakan materi yang sudah teruji lucu saat dipentaskan sebelumnya.
7. Menit berikutnya, gunakan materi baru, lalu ditutup materi lawas lagi. “Jadinya penampilan komika meninggalkan kesan.”
8. Jika materi baru tidak direspon, mungkin harus direvisi karena ada yang salah atau tidak cocok dengan penontonnya
(vga/vga)