STAND UP COMEDY

Iwel Wel, Pionir Stand Up Comedy Indonesia

Endro Priherdityo | CNN Indonesia
Kamis, 29 Jan 2015 17:30 WIB
Jauh sebelum stasiun televisi swasta lokal mengemas program stand up comedy, Iwel Wel sudah mengawali aksi komik di sejumlah kafe di Jakarta.
Ilustrasi: Iwel Wel, sang pionir stand up comedy, sudah melawak solo sejak akhir '90-an di kafe-kafe di Jakarta. (Fajrian/CNNIndonesia)
Jakarta, CNN Indonesia -- Jauh sebelum stasiun televisi swasta lokal mengemas program stand up comedy, Iwel Wel sudah mengawali aksi komik di sejumlah kafe di Jakarta, dari kawasan Kebayoran, Kuningan sampai Kemang.

Ketertarikannya menjadi pelawak solo atau komika (comic) dipicu oleh aksi kocak Jerry Seinfeld dan Bob Hope yang kerap ditontonnya di televisi, era 1997.

Ketika itu, Iwel Wel masih tergabung dalam sebuah grup lawak, yang kemudian bubar. Dari kawannya, Diaz Hendropriyono, barulah ia tahu aksi melawak solo itu disebut stand up comedy.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bergerilya Sendiri

Diakui Iwel, sekitar dua dekade lalu, tidak banyak orang yang ngeh aksi stand up comedy. Saban dirinya beraksi di kafe-kafe, reaksi penonton beragam, ada yang tertawa dan ada juga yang tak acuh.

“Sibuk pacaranlah dan sebagainya,” katanya. Tak gentar, ia membuat gebrakan: menggelar pementasan stand up comedy pertama oleh orang Indonesia di Gedung Kesenian Jakarta, pada 2004.

Demi mendatangkan penonton, ia bergerilya membikin milis dengan cara mengumpulkan alamat surel kawan-kawannya. Lumayan, aksi debutnya dipirsa sekitar 300-400 orang.

Tentu saja, bukan perkara mudah bagi Iwel untuk menarik perhatian massa. Sekalipun stand up comedy sudah merebak di Indonesia, sejak 2000, namun komika dan pelakunya masih didominasi Barat

Beruntung, aksinya dilirik beberapa stasiun televisi swasta. Ia pun menggarap sejumlah acara lawak tunggal. Saat acara serupa ditayangkan Metro TV dan Kompas TV barulah orang ngeh stand up comedy.

Jangan Tren Sesaat

Jadi komika, Iwel berpeluang keliling Indonesia. “Cuma Papua belum pernah,” ia mengaku. Sejauh ini, ia belum pernah menggelar tur tunggal, karena butuh persiapan lebih besar.

Sekalipun kini stand up comedy tengah marak, ia tak ingin gegabah asal tampil demi mengikuti tren. “Jika tidak hati-hati mengatur stand up comedy, ini akan jadi tren sesaat,” katanya.

Satu hal yang menyulitkan komika Indonesia berkembang adalah ketiadaan panggung live. Berbeda halnya dengan Amerika Serikat di mana aksi stand up comedy mengakar dari panggung ke panggung.

Tanpa panggung live, komika Indonesia sulit bertahan lama. Apalagi tak ada jaminan keberlangsungan acara stand up comedy di stasiun televisi swasta.

Saat ini, Iwel tak ingin ngoyo tampil di televisi. Ia lebih memilih tampil di panggung-panggung di daerah dan memanfaatkan media sosial seperti YouTube untuk beraksi.

Bayaran Selangit

Iwel punya alasan tersendiri tidak mau tergesa-gesa tampil di televisi. Salah satu alasannya, penghasilan manggung secara live di panggung jauh lebih besar ketimbang di layar kaca.

Ia mencontohkan Seinfeld yang ditabalkan Majalah Forbes sebagai komedian terkaya sekalipun sudah jarang tampil di televisi. Penghasilan terbesar diperolehnya dari aksi off air.

Pria kocak ini yakin, bila panggung live diperbanyak di kafe-kafe, komika bisa mengasah kualitas lawakan sekaligus menambah penghasilannya: sekitar Rp 3-10 juta per 15 menit aksi.

Terlepas dari soal honor, satu hal yang menurut Iwel penting dimiliki komika adalah bersikap netral, tak berpihak pada siapa pun. “Saya ini non blok,” katanya. “Nge-geng itu gara-gara ego.”

Hal lain yang tak kalah penting: mempelajari teknik stand up comedy secara benar, bukan asal melawak. Sebaiknya komika juga membuka wawasan agar menyerap pembelajaran yang lebih baik.

Rela Kerja Keras

Sekilas, kerja komika terlihat santai hanya sebatas melucu. Padahal, diakui Iwel, komika juga bekerja keras, dari menulis naskah hingga mengemas performanya.

“Jika kita sudah mengambil suatu bidang sebagai profesi maka kita harus rela kerja keras dan mempertahankan profesi tersebut untuk tetap ada,” katanya.

Eksistensi perlu, bukan semata memberikan inspirasi, juga  menegaskan keberlangsungan stand up comedy, agar tak jadi tontonan yang lekas punah atau kehilangan daya tarik.

Demi keberlangsungan ini, Iwel mengatur strategi. Bukan hanya memoles materi lawakan dan penampilan diri sendiri, juga komika muda lain. Yang penting, materinya tidak jorok, apalagi murahan.

“Jangan yang terlalu keseharian banget, kayak kotoran, buang air, pacaran anak muda, cabe-cabean atau alay-alay,” katanya. “Materi tidak usah berat-berat. Sebenarnya bisa dari hal-hal sederhana.”

Tertarik jadi komika? Ikutin tips stand up comedy dari Iwel ini:

1. Lakukan riset dan strategi panggung sebelum tampil, cari tahu calon pemirsa agar materi lawakan nyambung.

2. Bila terlupa materi saat tampil di atas panggung, lakukan riffing atau improvisasi, berinteraksi dengan pemirsa.

3. Kelompokkan materi per kategori dan urutannya. Misalnya, pertama, olahraga; kedua, sosial; dan seterusnya.

4. Komika harus bisa menulis joke yang baik dan lucu. Jadi siapkan naskah dengan sebaik-baiknya.

5. Naskah dibuat dua pekan sebelum pentas. Dicicil satu bit atau satu humor per hari, lalu diedit dan disatukan.

6. Strategi saat manggung: pada menit-menit awal, gunakan materi yang sudah teruji lucu saat dipentaskan sebelumnya.

7. Menit berikutnya, gunakan materi baru, lalu ditutup materi lawas lagi. “Jadinya penampilan komika meninggalkan kesan.”

8.  Jika materi baru tidak direspon, mungkin harus direvisi karena ada yang salah atau tidak cocok dengan penontonnya

(vga/vga)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER