Jakarta, CNN Indonesia -- Dari seluruh belahan dunia, pertanyaan "kapan kawin?" mungkin hanya dapat ditemukan di Indonesia. Entah basa-basi karena kehabisan topik pembicaraan ataukah begitu peduli pada masa depan, "kapan kawin?" lumrah ditanyakan sanak keluarga pada mereka yang telah memasuki rata-rata umur pernikahan di Indonesia.
Dalam film terbarunya--
Kapan Kawin?--Adinia Wirasti atau yang akrab disapa Asti ditantang memerankan tokoh Dinda, seorang korban pertanyaan "kapan kawin?" dari orang tuanya sendiri, Gatot (Adi Kurdi) dan Dewi (Ivanka Suwandi). Dinda sukses berkarier sebagai General Manager hotel bintang empat di Jakarta. Sayangnya, dia masih melajang hingga usia 33 tahun.
Asti disandingkan dengan pasangan yang sepadan. Aktris Terbaik peraih Piala Citra 2013 untuk perannya dalam film Laura & Marsha ini beradu akting dengan Reza Rahadian, aktor yang sudah dua kali merebut Piala Citra sebagai Aktor Terbaik pada 2010 dan 2013.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Reza memerankan tokoh Satrio, seorang aktor profesional yang idealis. Keduanya dipertemukan akibat fenomena "kapan kawin?". Dinda yang jengah terus-menerus diteror pertanyaan "kapan kawin?" menyewa Satrio untuk diperkenalkan kepada orangtuanya sebagai pacar.
Bertepatan dengan ulang tahun pernikahan orangtuanya, Dinda mengajak Satrio ke Yogyakarta, tempat bapak dan ibunya tinggal. Namun ternyata, penyamaran tak berjalan sesuai rencana. Satrio yang berkarakter "nyeleneh" bertindak sesukanya. Sementara, orangtuanya semakin memaksa Dinda untuk segera menikah.
Belum lagi, Dinda dihadapkan pada permasalahan masa lalu dengan kakaknya Nadya (Feby Febiola) dan kakak iparnya Jerry (Erwin Sutodihardjo). Kekacauan demi kekacauan terjadi di Yogyakarta.
Alur cerita
Kapan Kawin? amat sederhana layaknya film drama komedi romantis pada umumnya. Sebagian penonton mungkin mampu membayangkan akan ke mana cerita bergulir. Namun, di balik kesederhanaan plotnya, Kapan Kawin? berhasil menyuguhkan kejutan-kejutan yang menyenangkan.
Film ini tampak dibuat dengan serius untuk menjadi film yang ringan namun berkualitas. Bukti pertama adalah pemilihan pemain. Masing-masing pemain mampu memerankan karakter tokohnya dengan prima.
Kesuksesan Reza memerankan aktor idealis yang "
nyeleneh" dan humoris semakin menunjukkan bahwa ia mampu memerankan beragam karakter tokoh. Di film ini, penonton dapat dibuatnya terpingkal-pingkal. Ia pun mengejutkan penonton dengan penampilannya membawakan sebuah lagu.
Menjelang akhir film, gelak tawa tergantikan dengan sedikit haru. Asti berhasil mengubah emosi penonton, dari sakit perut menahan tawa jadi berkerut menahan air mata.
Aksi seorang cameo yang memerankan tokoh Bendot, pembantu rumah tangga Gatot dan Dewi, pun perlu diberi tepuk tangan. Ia bisa menghadirkan tawa ke tengah-tengah penonton secara alami.
Hal menarik lainnya dalam film ini adalah pemilihan busana pemain. Menyenangkan sekali melihat pakaian dan gaun-gaun indah dikenakan para pemain film. Salah satunya busana-busana dari kain tradisional bermotif batik seperti lurik Yogyakarta namun dalam suguhan yang modern.
Sesuai temanya, film
Kapan Kawin? benar-benar menghadirkan humor di layar lebar tanpa kehilangan kualitas. Sejumlah kritik sosial dan pelajaran hidup juga terlontar di sela-sela aksi menghibur. Secara keseluruhan, film ini berhasil menghadirkan ragam emosi sepanjang ia diputar, dari senyum, tawa, haru, kesal, dan sedih.
Akhir film ber-genre romantis hampir sudah dapat ditebak. Akan tetapi, bagaimana film arahan sutradara Ody C. Harahap ini berakhir dapat disaksikan di bioskop mulai 12 Februari mendatang.
(rsa)