Jakarta, CNN Indonesia -- Irama electronic dance music (EDM) berdentum mengentak. Lantunannya menabrak bebunyian alat musik tradisional Indonesia bernama genggong dan lentingan gamelan Bali. Paduan unik dan tak biasa namun indah itu terdengar dari Hyang.
Hyang adalah sebuah lagu yang diakui sang kreator, Ayu Laksmi, mewakili percakapan antara dirinya dengan Tuhan. Lagu ini mengisi album terbarunya,
Svara Semesta 2, yang ber-genre world music alias musik dunia.
Selain mengawinkan paduan bunyi tradisional dan kontemporer, perempuan 47 tahun ini pun mengaransemen musik bersyair sastra kuno dan modern. Sesuai dengan genre-nya, musik dalam album Ayu meleburkan khazanah musik populer dan klasik dengan sentuhan elemen etnik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terdapat total tujuh lagu dalam album ini yang mengeksplorasi beragam unsur seni, dari musik, sastra, hingga bahasa. Ayu menyuguhkan lagu dengan berbagai bahasa yaitu Indonesia, Minang, Inggris, Latin, dan Jawa Kuno.
Ayu berbicara mengenai sebuah tema besar dalam setiap lagu yakni perempuan. Ia menjelaskan, akar kata perempuan adalah "empu" yang artinya pelayan atau pengasuh. Saat berbicara tentang perempuan, tidak akan pernah lepas dari ibu. Sosok yang berperan penting dalam kehidupan setiap manusia.
"Kalau kita sekarang bawa ke dalam pemikiran yang realis, kita lupa akan Ibu Pertiwi kita. Hanya lebih banyak mengeksploitasi. Ini semua hubungannya kepada Ibu Pertiwi," kata Ayu saat ditemui di Galeri Indonesia Kaya, Jakarta Pusat.
Ia melanjutkan, "Temanya bukan perempuan gender tetapi sifat-sifat perempuan. Jadi, kita semua memang harus kembali kepada sifat-sifat perempuan. Sifat yang melayani."
Lewat lirik dan penggarapan musik dalam album ini, Ayu menggali sifat-sifat perempuan dan mentransformasikannya ke dalam peristiwa kekinian yang relevan. Lagu Daima, misalnya, menggambarkan tentang kerinduan pada kekuatan sosok ibu yang telah tiada.
Lagu Btari Nini adalah tentang sosok perempuan Dewi Sri yang melambangkan tata krama dan sopan santun dalam memberi, menerima, serta memelihara. Sementara lagu Kidung Maria dan Hyang menunjukkan bahwa spiritualisme sesungguhnya lembut dan feminim.
Album Svara Semesta 2 diproduksi di Bali. Sastrawan Cok Sawitri, Fajar Arcana, dan Albertheine Endah menyumbang syair untuk lagu ini. Sementara, musisi kondang Sawung Jabo dan Didi AGP pun turut menciptakan lagu.
Dikatakan Ayu, sebanyak 150 seniman mendukungnya untuk merampungkan album ini. Bukan hanya pemusik, namun juga pelukis, fotografer, desainer grafis, dan sebagainya. Tidak hanya seniman Tanah Air, Ayu pun didukung oleh seniman dari berbagai negara.
"Jadi saya beruntung pada saat rekaman mereka lagi ada di Bali, pemain biolanya orang Hungaria, pemain celonya orang Inggris, pemain sulingnya orang Swedia," tutur Ayu.
Sebelumnya pada 2010, Ayu merilis album serupa bertajuk Svara Semesta. Kedua album musik dunia ini menyuguhkan warna musik yang sama sekali berbeda dibandingkan kala pertama Ayu menapaki jagat musik. Pemilik nama lengkap I Gusti Ayu Laksmiyani ini sempat dikenal sebagai Lady Rocker pada era 90-an.
Untuk memperkenalkan karya-karya terbaru dikolaborasikan dengan karyanya terdahulu, Ayu akan menggelar Live Theatrical Music Performance Ayu Laksmi, Svara Semesta: Love@1Point, pada Sabtu (21/2) malam ini, di Gedung Kesenian Jakarta.