Jakarta, CNN Indonesia -- Sebuah studi yang meneliti “kebahagiaan” mengambil sampel acak lirik lagu-lagu yang menggunakan bahasa dunia. Hasilnya, lagu berlirik bahasa Inggris menempati posisi terendah 22 dari 24 kategori. Meskipun demikian, secara keseluruhan bahasa umat tetap dinilai positif.
Sebagaimana dilansir sebuah media Inggris, pada 1969, dua ahli kejiwaan membeberkan Pollyanna Hypothesis mengenai kecenderungan umat manusia menggunakan kata-kata positif jauh lebih sering ketimbang kata-kata negatif.
Hal ini menunjukkan manusia berpikir dan berbicara tentang hal-hal baik dalam kehidupan. Berbeda bangsa, berbeda pula selera bertuturnya. Dalam hal ini, bangsa Spanyol dinyatakan sebagai pemilik bahasa paling membahagiakan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kebanyakan kata-kata berbahasa Spanyol yang ditelusuri melalui mesin pencari Google bermakna positif. Sementara rata-rata novel China dan film Korea dipenuhi bahasa bertema kekerasan dan gotik. Jauh lebih galau ketimbang lagu berlirik bahasa Inggris.
Meskipun kebanyakan lirik lagu pop berbahasa Inggris menyiratkan kegalauan, hasil studi ini menunjukkan bahasa umat masih terbilang positif. Tim ilmuwan dari Universitas Vermont menggunakan data dari miliaran kata yang berlaku sejak 1960-an.
Mereka mengumpulkan miliaran kata dari seluruh dunia yang berasal dari 24 tipe sumber, termasuk buku, gerai surat kabar, media sosial, website, televisi dan terjemahan atau subtitle film, juga lirik lagu.
“Kami mengumpulkan sekitar 100 juta kata yang pernah dituliskan sebagai cuitan,” kata ahli matematika Chris Danforth.
Dari sumber tersebut, tim ilmuwan mengidentifikasi sekitar 10 ribu kata dari masing-masing 10 bahasa yang paling sering digunakan, meliputi bahasa Inggris, Spanyol, Perancis, Jerman, Brasil, Portugis, Korea, China, Rusia, Indonesia, dan Arab.
Mereka menganalisa sampel kata-kata yang dipilih secara acak, dari subtitle berbahasa Arab, cuitan berbahasa Korea, literatur berbahasa Rusia, buku berbahasa China, lagu berlirik bahasa Inggris, termasuk koran The New York Times.
Hasilnya, mereka menemukan tipe penulisan yang nyaris seragam, dan kemungkinan meliputi semua bahasa umat, bahwa penggunaan kata-kata bernada bahagia terbilang minim. Lirik lagu berbahasa Inggris jauh lebih galau ketimbang literatur berbahasa Rusia.
Lirik lagu berbahasa Inggris dinilai lebih galau ketimbang novel Anna Karenina (yang diangkat ke layar lebar dan dibintangi Keira Knightley), juga Crime and Punishment. Saking galaunya sampai-sampai bisa menenggelamkan orang paling optimis sekalipun.
Tak percaya? Simak saga lirik lagu grip band The Smiths: “Heaven knows I'm miserable now” dan “what difference does it make.” Ahli matematika Peter Dodds meyakini, “Interaksi sosial yang positif berdaya membangun bahasa global.”
Para ilmuwan yang meneliti masing-masing bahasa menemukan fakta rata-rata kata mengandung makna positif. Secara keseluruhan, bahasa Spanyol dinyatakan sebagai bahasa paling positif atau sebagaimana mereka istilahkan, "the happiest language."
Disusul di peringkat berikutnya Portugis dan Inggris. Yang tak kalah membahagiakan, ternyata bahasa Indonesia menduduki posisi ke-empat bahasa paling positif atau membahagiakan sedunia! Artinya, kata-kata dalam bahasa Indonesia kebanyakan bermakna positif.
10 Bahasa Paling Bahagia 1. Spanyol 2. Portugis 3. Inggris 4. Indonesia 5. Perancis 6. Jerman 7. Arab 8. Rusia 9. Korea 10. China
Hasil riset buku-buku berbahasa China diketahui kandungan kata-kata positifnya sangat sedikit atau sangat rendah. Namun dari keseluruhan 24 sumber acuan, dari buku sampai lirik lagu, rata-rata kata ditemukan mengandung makna positif alias membahagiakan.
Saat tim peneliti menerjemahan kata-kata dari berbagai bahasa, ditemukan fakta "estimasi konten emosional dari kata-kata dari berbagai bahasa yang diterjemahkan terbilang konsisten. Bias positif begitu kuat dari frekuensi penggunaan kata."
"Kami mengevaluasi 100 ribu kata dari 10 bahasa berbeda yang mewakili originalitas dan budaya, kami mendapati bukti adanya kemajuan sosialisasi manusia dalam bahasa," kata sang ahli matematika. "Kata-kata dari bahasa alami manusia menunjukkan bias positif yang bersifat universal."
Para ilmuwan juga membangun program hedometer, yang diambil dari bahasa Yunani dan bermakna kenikmatan dan pemeringkatan. Program ini bisa melacak level kebahagiaan bahasa dari waktu ke waktu, antara lain yang dicuitkan melalui Twitter.
Mereka menemukan fakta, setahun belakangan ini, bahasa Inggris yang dituliskan para pengguna Twitter tergolong sangat positif terutama saat Natal, Tahun Baru dan Thanksgiving. Sebaliknya, kata-kata negatif dicuitkan saat kematian Robin Williams, serangan Charlie Hedbo dan protes Ferguson.
Hedometer juga digunakan untuk menganalisa tinggi dan rendahnya poin penggunaan bahasa di 10 ribu buku. Ditemukan, kisah Moby Dick sarat pusaran emosional, dan Count of Monte Christo merangkum catatan kejayaan atau kebahagiaan.
Bahasa yang digunakan dalam kisah Crime and Punishment kebanyakan positif, tapi menjelang kisahnya berakhir malah poin bahagianya sangat rendah.