HARI MUSIK NASIONAL

Jejak Nada Tersimpan Rapi di Museum Musik Indonesia

Rizky Sekar Afrisia | CNN Indonesia
Senin, 09 Mar 2015 19:10 WIB
Museum Musik Indonesia bagai ruang data perjalanan musik Indonesia. Kini, menjadi pusat tukar pikiran pemusik lintas generasi.
Mulai piringan hitam sampai kaset tersimpan di Museum Musik Indonesia. (Getty Images/dimitris_k)
Jakarta, CNN Indonesia -- Perjalanan musik Indonesia selama ini hanya terekam dalam ingatan. Belum ada pengabadian yang konkret. Namun di Malang, sebuah komunitas bernama Galeri Malang Bernyanyi (GMB) membuat Museum Musik Indonesia. GMB dicikalbakali oleh Komunitas Pencinta Katjoetangan (Kapeka).

Penamaan itu tak sembarangan. Katjoetangan merupakan sebuah wilayah di Malang yang pada era 1960 hingga 1970-an menjadi pusat kegiatan seni pemuda. Dari komunitas semata, museum musik pun terbentuk. Tujuannya, pengarsipan.

Museum Musik Indonesia bagai ruang data perjalanan musik Indonesia. Di dalamnya, terdapat koleksi barang yang berkaitan dengan musik, mulai piringan hitam, kaste, CD, VCD, pemutar musik, instrumen, memorabilia, foto, poster, majalah, buku, kliping tulisan, sampai beragam alat musik modern dan tradisional.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kebanyakan koleksi Museum Musik Indonesia merupakan sumbangan dari para pencinta musik. Salah satunya, gitar batik hasil karya Haryo Kongko Sasongko yang menjadi koleksi sejak Maret 2013. Menurut situs web resmi Museum Musik Indonesia, hingga Desember 2014 terhitung sudah ada 15 ribu koleksi yang terkumpul.

Museum itu tak dibiayai pemerintah, hanya kepedulian masyarakat yang terwujud dalam ruang sederhana di kawasan Griya Shanta, Malang, Jawa Timur. Masuk ke dalamnya, berbagai album musik langsung menyapa. Mereka tersusun rapi di rak-rak yang memenuhi empat sisi dinding.

Barang-barang musik yang sudah langka, bisa ditemukan di sana. Bukan hanya milik warga pribumi, ada pula pencinta musik asal Singapura, Malaysia, Amerika Serikat, Belanda, dan Perancis yang menyumbangkan koleksinya. Di sana, pengunjung juga bisa minta diperdengarkan musik sesukanya. Tempat itu pun kini menjadi pusat tukar pikiran pemusik lintas generasi.

Mengapa dibuat di Malang? Itu tak lepas dari sejarah Kota Apel dan musiknya. Beberapa musisi asal Malang cukup disegani di belantika musik Indonesia sejak 1970-an.

Di antaranya, Ian Antono yang menjadi gitaris God Bless dan Sylvia Saartje yang dikenal sebagai lady rocker pertama di Indonesia. Merasa sejarah musik tak bisa dipisahkan dari Malang, dibentuklah Museum Musik Indonesia.

Museum itu pun sudah banyak mendapat kunjungan artis. Beberapa yang pernah menginjakkan kaki di sana adalah Ian Antono, Ahmad Albar, Sylvia Saartje, Anang dan Ashanty, White Shoes and the Couples Company, bahkan segahar Burger Kill. (rsa/vga)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER